"Kita makan dulu, ya?" tawar Fabio memecah keheningan setelah selama beberapa waktu berlalu dalam kebisuan. Scarla sendiri lebih memilih memperhatikan jalanan, daripada harus terlibat obrolan bersama pria yang tidak dia inginkan keberadaannya. Entahlah takdir macam apa yang tengah mempermainkannya ini. “Tidak. Kita langsung balik kantor saja,” jawab Scarla yang masih juga enggan menatap pada lawan bicaranya. “Tapi aku lapar. Kita singgah sebentar di tempat makan.” “Kalau Uncle lapar, makan saja sendiri. Turunkan aku di sini. Aku akan balik kantor dengan taksi. Lagian tadi kita sudah makan siang, jangan mengada-ada dan beralasan lapar jika hanya untuk mengulur waktu untuk segera sampai kantor.” Fabio bahkan hanya terkekeh mendengar jawaban Scarla. Istrinya ini sudah begitu berani memba