43. Perasaan yang tak terbalas

1812 Kata

Liam menunggu di luar ruang kelas Arabella, bersandar pada dinding dengan tangan di saku celananya. Saat Arabella keluar, tasnya tergantung di bahu, matanya langsung menyipit melihat kehadiran ayahnya. Dengan langkah tenang, Liam mendekat, suaranya rendah namun jelas. "Kau tidak bisa menerima hubungan kami, ya?" Arabella menghela napas, menatap ke arah lain sejenak sebelum kembali memandang Liam. "Kupikir dia akan membencimu setelah drama kematianmu," ujarnya, suara datar tetapi terdengar sedikit getir. Liam mengambil langkah lebih dekat, wajahnya serius. "Tapi aku sudah menjelaskan semuanya padanya, dan dia cukup menerima semua itu. Dan, beruntungnya kami masih memiliki perasaan yang sama." Arabella menggeser berat badannya, tangannya meremas tali tasnya. "Aku pikir papa akan kembali

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN