Rasanya terlalu sulit untuk menjelaskan pada Indah, bahwa Titan mengenal sosok Bagas yang baru saja diceritakannya. Meskipun Indah tampak bangga dengan sosok anak semata wayangnya itu, namun tidak bisa dipungkiri sorot kesedihan dari kedua bola matanya. Bahkan beberapa kali Indah menahan air mata yang nyaris saja keluar tanpa permisi. "Maaf ya, Tante terbawa suasana." Indah menghela lemah, sebelum akhirnya menyeka setitik air mata di wajahnya. "Sudah lama sekali Tante tidak pernah bertemu dengannya." Indah menjeda kalimat, "Rasanya sudah sangat rindu dan," Indah tidak dapat melanjutkan kalimatnya. Rasa sesal yang kini berubah menjadi sakit yang tidak pernah ada obatnya, bahkan Ibnu sang suami pun tidak bisa mengobati rasa sakit yang dirasakannya. "Tante," Titan meraih kedua tangan In

