Jam kini sudah menunjukkan pukul delapan malam. Oris dan teman-teman satu kelasnya baru saja tiba di sebuah villa yang mereka sewa untuk acara tiga hari ke depan. Pemuda itu duduk di sofa ruang tengah, dengan kepala yang ia sandarkan pada sandaran sofa, sembari menghela napas perlahan-lahan. Entah sudah berapa kali pemuda itu menghubungi nomor ponsel kekasihnya, dan entah sudah berapa pesan yang ia kirim pada Rhea sejak pertama pergi hingga detik ini. Tetapi sayangnya, tak ada satu pun pesan yang gadis itu baca, tak ada pula satu panggilan pun yang Rhea terima. Bahkan sekarang, Rhea seperti sengaja mematikan ponselnya untuk menghindar dari Oris. “Hah … raga gue di sini, pikiran gue sama Rhea,” gumam pemuda itu. Dua orang gadis teman sa