Sesekali Selina menghembuskan napasnya keras. Sengaja agar Leo tahu kalau dia bosan berada di ruang kerja pria itu tanpa melakukan apapun. Hampir tiga jam dia hanya duduk menatap ke tembok ruangan tersebut. "Pak, saya sudah boleh keluar belum?" Selina bertanya lagi untuk yang ke empat kalinya. "Belum." Leo memberikan jawaban yang sama seperti sebelumnya. Tangannya menari lincah di atas keyboard laptop sementara matanya sesekali melirik Selina. Diam-diam dia tersenyum melihat tingkah perempuan itu. Entah kenapa sekarang Selina semakin menggemaskan di matanya. Dia tidak tahu bagaimana hatinya bisa jatuh pada perempuan itu, padahal Selina jauh dari kriterianya. "Apa tidak ada pekerjaan yang bisa saya lakukan, Pak? Saya bosan hanya duduk tanpa melakukan apapun." Mendengar keluhan Selina,