13. Pelik Riana mengerjap. Ia mengamati sekeliling ruangan dengan reaksi yang begitu kaget karena ruangan ini begitu asing. Terlebih saat mendapati diri tak mengenakan sehelai pun benang. Hanya selimut agak tebal yang menutupi tubuh polosnya. Ia melirik sosok pria yang tertidur di sebelahnya. Matanya meradang melihat sosok itu bertelanjang d**a. Lebih jauh lagi, hatinya seketika bergerimis dan ingin menjerit sekuatnya. Ia sadar, ia telah kehilangan segalanya. Riana menangis saat itu juga. Bagaimana bisa ini terjadi padanya? Bagaimana bisa dengan mudahnya ia pergi berdua dengan laki-laki non mahram? Ia mempercayai laki-laki itu dan menganggapnya sebagai sahabat. Aldebaran telah meruntuhkan keangkuhannya yang semula berpikir tak akan pernah memberi kesempatan padanya untuk menjadi teman

