Luka kini melayangkan tatapan pada Devon lalu berdehem. "Apa adikmu bisa dipercaya?" Devon tersentak karena pertanyaan Luka. Ia juga mencemaskan Jovanka, entah itu sebagai adiknya atau sebagai sekretaris Luka. "Anda tenang saja, Tuan. Adik saja adalah orang yang loyal dan tak mudah terpengaruh dengan bujukan tak berdasar." Luka mendesahkan napas panjang. Ia merapikan dasinya lalu melangkah keluar dari lift. Ia berdebar-debar ketika melihat Jovanka ada di balik mejanya. Gadis itu tersenyum ke arah komputer lalu buru-buru menoleh dan menyadari kedatangannya. Sungguh lucu melihat Jovanka gelagapan mencopot headset dari telinganya lalu berdiri dan membungkuk hormat padanya. Luka menahan diri untuk tak melirik Jovanka. Yah, ia berusaha keras. "Selamat datang kembali, Tuan Luka!" seru Jovan