Arata seolah tersadar, tapi dia malah menunduk. “Tante itu nggak salah apa-apa, bahkan beliau adalah ibu terbaik yang diidamkan semua anak di dunia ini, tapi jika aku mengakuinya sebagai ibuku, aku merasa ibu kandungku akan menghilang dari pikiranku. Ayah dan Mahiro... nggak sehari pun setelah pernikahan itu mengungkit tentang ibuku, mereka lupa, seolah nggak mengenal wanita bernama Futaba Yuki.” Altha terdiam dalam beberapa detik, lalu dia menepuk bahu Arata. “Maaf, aku mendebatmu tanpa tahu apa-apa.” “Hemm.... nggak masalah.” “Aku hanya mau kasih kamu saran, Ar, jangan sia-siakan kasih sayang ibu itu. Hanya karena kamu mendapat ibu baru, nggak lantas ibu lama akan menghilang, kok. Kalau itu aku, aku akan sangat senang karena memiliki dua ibu.” Altha tersenyum lebar sampai deretan gigi