♫ ♫ ♫

1425 Kata

Dennis tampak berpikir. “Kamu ada benarnya.” “Dennis!” teriak Adit. “Sorry, Bro, produk klien lebih utama daripada model-modelku.” Dennis mengerling, Adit hendak keluar ruang pemotretan, tapi dicegah Dennis. “Jangan kabur, Dit, setelah ini kamu foto solois produk baju.” “Aku cuma mau menghirup udara segar!” teriak Adit. “Haduh, model-modelku ini kok pada nggak sopan semua, ya? Heran kadang.” Dennis kemudian menatap Arata. “Kasih dia kemeja panjang khas kantoran, pakaikan dasi juga. Kamu sudah tahu harus melakukan apa, kan, Ren?” Rena mengangguk. “Serahkan kepadaku,” katanya, dengan senyuman lebar. “Aku nggak bisa,” kata Arata, dia menolak penata baju yang memberinya kemeja putih dan dasi merah. Rena merengkuh wajah Arata. “Kalau kita nggak melakukan ini, karierku akan berakhir. Apa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN