Setelah mengakhiri panggilan telepon itu. Syifa terus menghela napas dan dia melirik ke arah Erick yang berada disampingnya. "Mas! Tadi … Kamu mendengar semuanya?" Tanya Syifa yang merasa malu dan juga takut, kalau Erick akan marah lagi kepadanya. Sehingga, Syifa pun bersikap sangat berhati-hati. Namun, semua pikiran Syifa ternyata salah. Karena Erick malah tertawa dan menyentuh pipinya, agar mereka tidak memiliki jarak sama sekali. Hingga, suara napas Erick terdengar sangat jelas dan bibir indahnya berada sangat dekat dengannya. Membuat detak jantung Syifa berdetak sangat cepat. "Bagaimana ini? Kenapa setiap dekatnya, hatiku selalu sulit untuk aku kendalikan seperti ini. Padahal, beberapa hari ini, aku dan dia sudah sering dekat seperti ini. Tapi, kenapa harus gugup s