BAB 3 PENJARA LUKAS

1034 Kata
Alice membuka matanya rasa pusing masih sangat menceram kepalanya tapi ia menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh saat matanya telah berfokus melihat ruangan yang begitu asing baginya. "Sialan! dimana ini?" Alice langsung merubah posisi menjadi duduk ia masih belum menyadari apa yang terjadi tapi bukankah semalam ia hanya makan malam dan tiba tiba saja ada sebuah tangan yang menahannya Alice semakin terkejut saat melihat Lukas yang telanjang dada berada di sampingnya. Alice langsung memperhatikan dirinya ia tak kalah buruk hanya dengan mengunakan pakaian dalam. "Astaga apa yang kalau lakukan Alice."Alice membatin sambil berusaha mengingat ingat kejadian semalam. "Lukas apa yang terjadi?."Alice semakin merasa pusing saat mencoba mengingat. "Aku tak percaya kau akan melupakan kejadian semalam." Lukas melepaskan tangannya begitu saja.tapi Alice kembali menarik tangan Lukas dan menatapnya dengan dingin,Alice bukanya orang yang ceroboh ia hidup selama ini dengan perfeksionis. "Kau menjebakku? apa yang kau inginkan." Alice bukanya menuduh ia hanya malas jika lagi lagi pria yang mendekatinya hanya untuk memanfaatkanya. "Ah tampaknya kau begitu pintar sekali Alice."Lukas langsung menarik tangan Alice membuat wanita itu kini berada dalam dekapannya. "Aku ingin membunuhmu!."Lukas membisikan tepat di telinga Alice,Alice mencoba memberontak tapi tenangnya tak lebih kuat dari pria di depannya. "Kau ingin uang? katakan saja aku akan memberikannya." Alice masih saja tetap tenang ia tau semuanya akan selesai dengan mudah jika adanya uang. "Tidak aku tak menginginkan uang.seseorang itu menginginkan kau mati tapi aku malah berpikir sayang untuk membunuh wanita secantik dirimu."Lukas menarik paksa bibir Alice dan melumatnya dalam penyatuan bibirnya ia tak perduli jika wanita yang ada di dalam dekapannya membencinya ataupun akan melaporkanya pada polisi. Alice hanya bisa menahan cengkraman tangannya ingin sekali ia memukul pria kurang ajar di depannya tapi ia tak akan melakukan itu Alice bukalah orang yang menyukai kekerasan fisik semuanya pasti akan berjalan baik baik saja jika Alice bisa menahan amarahnya. Lukas merasa aneh melihat Alice wanita yang menurutnya berbeda dan semakin aneh.disaat wanita akan ketakutan saat mendengar fakta ia akan di bunuh tapi Alice malah sebaliknya bahkan saat Lukas menciumnya wanita itu hanya diam tak memberikan reaksi apapun. "Apa dia menyukai sesama wanita?" Lukas membatin saat melepaskan ciumannya dari bibir merah milik Alice "Kau sudah puas?,baiklah bunuh saja aku sekarang karena hal ini hanya akan membuang buang waktu."Alice meletakan kedua tangannya di dada Lukas yang tak memakai apapun. Jujur saja Lukas memiliki tubuh yang bagus dengan tato yang begitu banyak di bagian tangan serta dadanya yang menambah kesan maskulin dan hot dimata Alice bahkan terdapat abbs yang membentuk indah pada perutnya. Tak ada yang kurang dari Lukas wajah yang tampan mata yang coklat sangat mustahil jika ia menjadi pembunuh bayaran. " Kau sangat menginginkan kematianmu?"dengan bodohnya Lukas malah memberikan pertanyaan yang tak masuk akal. Kenapa saat bersama Alice semuanya terasa berbeda Lukas merasa semakin tertarik dengan wanita sempurna bak seorang model dan memiliki kepintaran serta kekuasaan yang membuat para pria iri padanya. " Tidak tentunya! Aku harus menjadi pemimpin salah satu satunya dewan sebelum aku mati."Alice mengatakan hal yang sebenarnya ia dangat menginginkan posisi itu terjun dalam dunia politik memang keras bukan kali pertama Alice mengalami hal yang membuatnya celaka. Ia hampir kembali terhadap hinaan cemoohan bahkan percobaan pembunuhan terhadapnya tapi kali ini mungkin akan lebih sulit karena melibatkan pembunuh bayaran. "Maka aku tunda untuk membunuhmu sampai kau menginginkan itu." Lukas melepaskan pelukannya pada pinggang Alice dan berjalan cepat mencapai pintu sebelum menghilang dibalik pintu kayu dan menguncinya. "Lukas!!!" Alice semakin marah dan menendang pintu saat mencoba membuka pintu tapi yang ia temukan adalah pintu yang di kunci dari luar. Alice hanya menatap ruangan yang menjadi kamar tawanannya sekarang ia tak tau harus melakukan hal apa, yang pasti ia harus bebas dari sini sebelum seminggu karena tak mungkin ia kan menghilang selama seminggu media akan curiga dan lebih buruknya. Ia akan dibatalkan menjadi salah satu kandidat dalam pemilihan. Alice mendapatkan ide ia berjalan menuju jendela dan membuka gorden tapi harapannya hancur dan hanya menatap kaca jendela besar di depannya dengan padangan tak bersemangat. "Damn it! Benar benar seperti di penjara." Bahkan terdapat besi teralis yang di pasang di jendela.bahkan tangannya saja tak akan muat untuk melewati itu. Ia hanya berputar putar sambil memikirkan cara untuk lolos. Tak ada cara lain selain membuat Lukas jatuh cinta kepadanya atau paling tidak sampai pria itu tak merasa curiga padanya. Tapi bagaimana? Waktunya hanya seminggu dan bagaikan hal yang mustahil untuk membuat Lukas mempercayainya. Pintu kembali terbuka Alice langsung segera membalikan tubuhnya dan melihat Lukas yang sudah rapi dalam pakaian santai kaos berwarna putih dengan celana jins selutut. "Kau tak memberikan aku pakaian setidaknya wanita di penjara lebih baik menerima baju."Alice merasa sedikit buruk dengan mengemis untuk mendapatkan pakaian untuk menutupi tubuhnya yang hanya di balut pakaian dalam berwarna maroon "Kau bisa mengunakan salah satu kaos yang berada di lemari." Lukas menuju lemari miliknya yang terletak di pojok ruangan. "Tapi kurasa kau lebih baik tak mengunakan pakaian apapun seperti semalam."Lukas mengatakan hal yang membuat Alice merasa malu meskipun ia tak mengingat kejadian semalam. Tanpa menjawab pertanyaan Lukas Alice langsung saja berlalu dan mengambil salah satu kaos hitam dari banyaknya kaos hitam yang bisa di katakan hampir seluruhnya. Lukas hanya terdiam saat melihat kaosnya terlihat indah dalam balutan tubuh Alice tak perlu berpakaian sexi untuk membuat Lukas trun on dengan wanita itu mengenakan salah satu pakaiannya saja membuat Lukas harus menahan tendangan adiknya yang berada dibawah sana. "Okay aku tau akan cantik tak perlu berlebihan menatapku. Kau punya ikat rambut seperti yang kau pakai saat ini." Alice melihat wajahnya dalam pantulan kaca pecah yang menempel di dinding jangan pernah berharap jika Lukas memiliki meja rias atau perabotan mahal didalam kamar. Karena tak ada yang lebih layak dari ranjang yang empuk. Lukas menarik meja nakas dan mengeluarkan salah satu ikat rambut dan kembali mendekati tubuh Alice.ia tak memberikan ikat rambut itu pada Alice melainkan membantu wanita itu mengikat rambutnya yang berwarna coklat itu meskipun Lukas hanya mencipulnya dengan asal.dan memberi kecupan singkat pada leher putih Alice ,Lagi lagi Alice merasa tubuhnya lost kontrol kenapa ia malah menerima saja saat Lukas melakukan hal pemaksaan lagi padanya. . . . . . . . . . . . Jangan lupa vont dan koment cerita ini slow update dan please bantu semangatin autor dengan follow aja okey. Thank you
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN