Yohan lagi-lagi kesulitan meneguk salivanya, dan hal itu bisa Alpha lihta, “Sepertinya ini sudah waktunya.” Batin Alpha saat melihat tangan pria di depannya gemetar membuka penutup salap, dan saat tangan Yohan hendak mengolesi miliknya Alpha berkata, “Tunggu!” “Ya?” Yohan menghentikan gerakan tangannya dan menatap ke arah Alpha dengan raut wajah kebingungan. “Ada apa?” Dengan ekspresi datar, namun nada bicara yang penuh racun ia berkata, “Sepertinya obat yang paling mujarab pakai air liur, jadi lebih baik kamu jilati saja, Yohan!” Deg! Yohan semakin kebingungan dengan perkataan Alpha, “Maksud kamu apa?” tanyanya sambil mengerutkan kening. “Iyah! Obati saja dengan air liur kamu.” “Tapi itu berlebi—” Alpha tanpa permisi langsung menurunkan kepala Yohan dan merapatkannya di inti tubuhn