Keesokan paginya, Brice mengantarkan sang istri ke kantornya, bukan hanya sekedar menurunkan sang istri depan lobby. Melainkan pria itu mengantar sampai di ruangan sang istri. “Hmm, aku pergi dulu.” Pamit Brice kepada sang istri usai memagut bibir ranum Agnes yang membuatnya kecanduan. Setiap ada kesempatan ia pasti mencumbu bibir itu. Agnes tersenyum lembut dan mengangguk, “Hmm, kamu makan siang di sini?” “Akan aku usahakan, hmm?” pria tampan itu mendaratkan kecupan di puncak kepala sang istri. Agnes mengantar Brice sampai di depan pintu, ia melihat punggung tegap suaminya yang cukup lebar, perlahan masuk ke dalam lift, bahkan suaminya itu sempat melambaikan tangan dan tersenyum kepadanya. Begitu berada di dalam lift, Brice mengambil ponselnya untuk menghubungi Gamma. “Saya sudah di