Suasana di Amsterdam begitu hidup pada malam itu, dengan lampu-lampu kota yang berkelip-kelip memantulkan sinar bokeh di jalanan yang padat. Brice Harold melangkah keluar dari markas besar miliknya bersama para The Angel’s, langkahnya mantap menuju mobil Aston hitam yang berdiri angkuh di parkiran. Begitu ia masuk ke dalam mobil, jari-jarinya bergerak gesit mengetik nomor ponsel Agnes. “Sayang, aku sudah dalam perjalanan menuju rumah,” ucap Brice dengan suara yang tenang namun penuh kehangatan. “Berapa lama lagi, sayang?” Agnes bertanya cepat, kegirangan terdengar dalam suaranya. “Sekitar 15-20 menit, sayang,” jawab Brice sambil mengatur kemudi mobilnya. Agnes mengakhiri panggilan dengan singkat, “Ok sayang, see you.” Brice membelah kepadatan lalu lintas Amsterdam, jam sudah menunjukk