42. Pagi yang Syahdu

1500 Kata

“Wow! Dinginnya!” aku buru-buru meringkuk ke dalam selimut setelah selesai dari kamar mandi. Udara pagi ini terasa lebih menusuk tulang daripada yang semalam. Wina di musim gugur memang suhunya mulai menurun drastis di malam dan pagi hari. “Dingin, De?” tanya Mas Dilan ketika aku semakin mengeratkan selimut. “Banget!” Aku beringsut mendekat ke arah Mas Dilan, dan Mas Dilan malah menepuk pahanya agar aku tiduran di sana. Aku menurut saja, karena kurasa itu bukan ide yang buruk. “Mas Ilan...” “Hm?” “Cepet cerita dari awal.” Rasa-rasanya sudah tak terhitung berapa kali aku menagih tentang yang satu ini. “Cerita apa?” Aku mencebik pelan. “Pertanyaanku yang semalam itu, loh. Ayo cerita semua. Mumpung jam sarapan masih lama, nih. Cepetan cerita!” “Kamu tanya, nanti aku jawab. K

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN