Pagi-pagi Uci sudah wangi dan berpenampilan manis seperti biasa, ia sudah menyiapkan oleh-oleh untuk seseorang. Mengendap-endap melewati keluarganya yang sudah kembali berkumpul namun gagal karena parfum jeruknya sangat bisa dikenali. “Mau kemana nak?” tanya Arifin pada anaknya yang menenteng helm juga sebuah totebag. “Mau ngasih oleh-oleh Pa.. aku juga ada janji beli baju sama seorang adik.” “Adik? Sejak kapan kamu bisa berbaur sama yang lebih muda?” tanya sang Mama menimpali. “Apaan sih Ma.. aku bukan bocah yang akan rebutan barbie sama yang lebih kecil lagi. Yaudah aku pergi ya semuaaa,” ucapnya melambaikan tangan pada semua orang. Uci sudah sampai di dekat pagar rumahnya ketika mengingat sesuatu yang sangat penting, ia berbalik dan berjalan lurus menuju meja makan di mana keluarg