Zea masih terisak, air matanya masih mengalir walau tidak sederas tadi. Sesaat dia berharap Zio masih hidup untuk membantunya dan membelanya dalam masalah ini. Tapi sayangnya pria itu sudah tiada, meninggalkan Zea adik satu-satunya seorang diri dan membuat status Zea menjadi anak tunggal di keluarganya. Melihat Zea, membuat Elvan memberi tisu yang ada di dalam mobilnya pada gadis itu untuk dia pakai mengeringkan air matanya yang sudah membasahi pipinya. Zea menarik napasnya dalam lalu menghempaskannya pelan. Rasanya hari ini dia akan lebih sering melakukan hal itu. Salah satu cara yang ampuh untuknya agar tenang. "Sudah? Yuk." ajak Elvan. Tangan Elvan terhenti saat dia hendak membuka pintu mobilnya. Zea menarik tangan Elvan yang satunya. Pria itu menatap Zea dengan kening menyernyit.