Sudah hampir satu jam berlalu, Shaki yang memilih bergegas masuk ke dalam kamar mandi, setelah kejadian memalukan tadi, masih belum juga menampakkan batang hidungnya. Suara gemerisik percikan air dari shower, pun, sudah cukup lama berhenti, dan seharusnya, gadis itu sudah ke luar dari dalam bilik air tersebut, sejak tiga puluh menit yang lalu. Rain, yang sedari tadi menunggu sang istri di depan pintu kamar mandi, mulai berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Pikirannya kembali berlayar pada kejadian tidak terduga dua tahun silam, yang membuat Rain harus kehilangan sosok wanita yang sangat dicintainya, secara tiba-tiba. Tanpa pesan, tanpa firasat apapun, dan … tanpa berpamitan sama sekali. Dia pergi begitu saja, meninggalkan luka yang mendalam, hingga Rain tak henti-hentinya menyalahkan dir