Berdiri di sisi jalan sambil memandang kearah Florence yang sedang menarik-narik ujung piyama yang terjepit di pintu sespan, Alexander kembali teringat alasan awal mengapa dirinya memberi Florence pakaian terbuka. Simpel, selain karena ia menyukai kemolekan tubuh seorang wanita, Alexander juga ingin bisa leluasa mencium aroma tubuh wanita itu, yang selalu membuatnya ketagihan. Ia bahkan menantikan waktu ketika ia harus menggendong Florence yang tertidur di sofa dan menghantarnya kembali ke ranjang. Berada di dekat Florence, Alexander merasakan dirinya bagaikan malam yang dengan setia menantikan kedatangan bulan. Tidak peduli bentuk apa yang sedang ditampakkan oleh sang bulan. Purnama, sabit, atau bahkan ketika ia tidak nampak pun, Alexander merasa ia akan setia menunggu kemunculannya p