Bab 40: Misi 2

1306 Kata

*** Wellington, New Zealand… Pagi ini, Sein duduk termenung di bench dekat jendela kamarnya. Dengan posisi miring, ia menekuk kedua kaki jenjang dan memeluknya, sementara pandangannya menyorot lurus keluar, sangat jauh. Setelah kepergian Stefan beberapa hari yang lalu, tampaknya Sein tak bersemangat. Ia selalu memikirkan pria itu setiap saat. Namun, ia tak pernah mengungkapkan kepada siapapun apa yang tengah dirasakannya. Meskipun sang Ibu bertanya berulang kali, Sein tetap menolak untuk berkata jujur bahwa ia merindukan Stefan. Mungkinkah Sein takut sang Ayah marah jika ia berkata jujur? Ya, tepatnya Sein malas berdebat. Ia malas mendengar semua nasihat dari orang-orang yang menurutnya sama sekali tidak mengerti perasaannya. Sejujurnya, ada rasa kecewa di hati Sein atas sikap san

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN