Akhirnya Bara bisa melanjutkan aksinya yang sempat tertunda. Rasa bersalah sepenuhnya ada pada diri Bara, sementara pada diri Leta hanya ada kepuasan. Yaa, Leta merasa puas karena sudah memberikan kesempatan pada suaminya untuk meluapkan sesuatu. Jika bisa diluapkan, mengapa harus ditahan-tahan? Kali ini jelas korbannya adalah pipi mulus sebelah kanan Leta. Saking kerasnya tamparan tangan Bara, Leta pastikan rasa panas yang menjalari pipinya ini menimbulkan rona kemerahan. Bukannya marah atau menangis, Leta justru mempertahankan senyumnya selebar mungkin sembari mengusap-usap pipinya sendiri. Setelah Leta memastikan suaranya tidak akan bergetar karena menahan tangis. Barulah Leta berucap, “Oke kalau kamu nggak ngizinin aku pulang naik taksi online. Anterin aku pulang sekarang juga.” Bara