Eleanor memegang pipinya yang terasa perih akibat tamparan sang ibu. Matanya tampak memerah menahan tangis. Meski selama ini perlakuan Margaret kepadanya tidak bisa dibilang baik dan tak acuh, tapi wanita itu hanya kasar di mulut dan tak pernah sekali pun ringan tangan terhadapnya. Eleanor pun telah terbiasa dengan hal itu. Tapi sekarang, untuk pertama kalinya wanita yang ia panggil ibu telah menamparnya. Dan itu membuat hati Eleanor terasa sangat sakit. Bahkan lebih sakit dari pada rasa nyeri di pipinya. Di lain sisi, Yelena tampak bermasa bodoh dengan hal tersebut dan hanya memainkan kukunya dengan santai. Berbeda dengan Margaret yang tampak terkejut. Bukan karena ia telah menampar Eleanor, melainkan karena ia sadar bahwa rencananya bisa saja gagal karena tingkah bodohnya. Dengan cepa