Perkara hati kerap jadi penentu pilihan yang di ambil, bukan karena cintanya begitu rapuh. Jatuh cinta pada Nata dan ketika punya kesempatan untuk bersama jadi sebuah perjalanan terbaik dari setiap fase tanpa cinta telah di lewatinya.
Selain cinta, ternyata rasa kecewa mendalam yang telah menatap lama menjadi dominansi. Jalan keluar setelah dilema begitu hebat, serta tak ada alasan Saujana untuk menetap, pergi adalah solusi terbaik untuk keduanya.
Rasa sesak akan semakin mengancam rasionalnya setiap kali harus bertemu Nata, atau mereka yang mengaku keluarga dari ibunya. Karena itulah Saujana pilih melepaskan cinta yang digenggam. Tidak ada keburukan yang akan di doakan untuk Nata, justru kebalikannya. Saujana berharap Nata bisa belajar menerima keputusannya, bertemu dengan perempuan yang
