Ruangan sunyi, hanya terdengar bunyi ritmis mesin medis yang menenangkan. Cahaya lampu dinding memberikan kehangatan samar, membentuk siluet tubuh Bara yang tertidur di sisi Kaia, memeluknya erat seolah takut kehilangan. Wajahnya tampak tenang dalam tidurnya, namun bibirnya bergerak pelan, menggumamkan sesuatu yang samar, suara yang dipenuhi kecemasan dan kepedihan. Kaia perlahan mulai sadar. Kelopak matanya bergetar sebelum akhirnya terbuka, menyambut dunia yang terasa begitu asing setelah sekian lama. Pandangannya buram, bayangan di sekitarnya masih berputar, membuatnya harus berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan diri. Tubuhnya terasa lemah, namun yang lebih membuatnya bingung adalah beban di dadanya. Sebuah pelukan erat yang menghangatkan, namun sekaligus menyesakkan. Ia menggerak

