Kaia melangkah masuk ke dalam mobil dengan sedikit ragu. Bara sudah duduk di dalam, wajahnya terlihat lelah namun tetap memancarkan wibawa yang khas. Pertemuan dengan klien tadi cukup berat, dan Kaia tahu bahwa perannya sangat membantu menyelamatkan situasi yang sempat memanas. Namun, suasana di dalam mobil terasa sunyi. Bara hanya diam sambil menyandarkan kepala ke jok, matanya terpejam. Kaia hendak membuka pembicaraan, tapi sebelum sempat bicara, Bara tiba-tiba bergerak. “Heh... Kak, ngapain sih?” Kaia terkejut ketika Bara menunduk dan meletakkan kepalanya di pangkuannya. Wajah pria itu kini menghadap perutnya, sementara lengannya melingkari pinggang Kaia dengan santai. “Aku capek,” jawab Bara singkat, suaranya terdengar rendah namun tetap tegas. “Biarin kayak gini sebentar aja.” Kai

