Bara terbangun lebih awal. Matanya langsung tertuju pada sosok Kaia yang tertidur damai di sisinya. Napasnya teratur, wajahnya begitu tenang, seolah malam yang mereka lewati semalam telah membebaskan semua beban yang pernah menghantui mereka. Namun, jauh di lubuk hatinya, ada luka yang tak pernah benar-benar sembuh. Bara mengulurkan tangan, menyentuh pipi istrinya dengan kelembutan yang kontras dengan sosoknya yang dominan. Ia harus memastikan bahwa wanita ini nyata, bahwa Kaia masih bersamanya, masih menjadi miliknya. Ketakutan lama kembali menyelinap dalam pikirannya. Malam itu, saat tubuh Kaia terkulai tak berdaya, berjuang melawan penderitaan yang disebabkan oleh seseorang yang seharusnya melindunginya. Laksana. Pamannya sendiri. Bara mengepalkan tangan, rahangnya mengeras mengingat
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari


