1

758 Kata
Hari ini Puri sedang berada di sebuah butik untuk mencoba pakaian pengantin yang akan dikenakan lusa nanti. Persiapan pernikahannya sudah sembilan puluh sembilan persen. Semua undangan sudah disebar dan sebentar lagi, Puri akan menjadi putri sehari yang berdiri diatas pelaminan impiannya. Kebetulan, hari ini Arka tidak bisa menemani Puri. Puri datang ke butik sendirian dan mencoba dua pakaian pengantin yang akan dipakai akad nikah dan pesta pernikahan seusai akad. Saat Puri sedang berdiri di depan kaca denagn pakaian kebaya untuk akad nikahnya nanti. Tiba -tiba saja seorang perempuan mendatangi Puri dan menatap Puri dengan tajam. "Masih semangat mau menikah dengan Arka?" ucap wanita itu dengan sinis. "Kamu siapa?" tanya Puri pada sang wanita angkuh itu. "Kamu gak perlu tahu, siapa aku? Kamu hanya cukup tahu kalau aku sedang mengandung putra Arka," ucap wanita itu dengan suara lantang dan sangat berani sekali. "Bo -bohong! Arka tidak mungkin seperti itu!" ucap Puri histeris. Jelas Puri syok mendengar berita yang secara tiba-tiba itu. "Kenapa kamu gak percaya? Ini buktinya," ucap sang wanita memberikan bukti lengkap dari dokter. Kop surat dari rumah sakit ternama dan bukti foto USG. Tubuh Puri bergetar hebat menaha amarah dan sesak di dad4. Ia langsung menelepon Arka dan meminta penjelasan. Arka mendadak bisu dan tidak bisa bicara apapun. Karena memang faktanya seperti itu. Puri pun mengambil keputusan untuk melepaskan Arka dan membiarkan Arka bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan pada wanita yang tiba-tiba datang dan mengaku hamil itu. Selesai sudah kisah antara Puri dan Arka. *** Baru saja merasakan hari bahagia beberapa hari lalu. Hari ini Puri Sutrisna yang akrab di panggil Puri sudah harus kembali kecewa karena tunangannya terpaksa menikah terlebih dahulu dengan wanita lain yang di hamilinya sebulan yang lalu. Hidupnya memang tidak se -kacau dulu saat pertama kali Puri pernah mengalami hal yang sama. Rasanya ia malah bersyukur di tunjukkan lebih awal bahwa Arka, tunangannya itu adalah lelaki yang tidak baik dan tidak pantas mendapatkan Puri, wanita mandiri yang memliki value dan berdedikasi tinggi. Satu hal yang saat ini menjadi pikiran Puri. Bagaimana ia bicara pada kedua orang tuanya dan semua keluarga besarnya yang baru saru minggu lalu menghadiri acara mewah pertunangan antara dirinya dan Arka, sang pengusaha. Brak ... "Ngelamunin apa loe!! Kerja Ri!! Mana dokumen yang gue minta mau gue satuin terus gue kasih ke bos," ucap Aji santai. Ia nyomot kue kering yang ada di toples di atas meja kerja bilik khusus milik Puri. Puri yang tadinya bermalas -malasan dan melerakkan kepalanya di atas meja kerja pun langsung bangkit dan menegakkan duduknya. Aji Adidarma adalah atasannya. Ia menjabat sebagai kepala bagian. "Arghh elo Ji!! Bikin gue kaget aja. Dokumen apaan sih?" tanya Puri yang benar -benar lupa sama tugasnya yang di berikan kemarin. Aji melotot tajam ke arah Puri dan berteriak keras. "Loe lupa? Apa pura -pura bodoh!!" ucap Aji geram. Jelas kemarin Aji memberikan tugas itu secara sadar pada Puri di meja ini, saat Puri akan keluar untuk makan siang bersama Jeni. Puri menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Aji benar -benar marah dan tidak sedang bercanda. Dokumen itu snagat penting tentang rincian biaya untuk SPJ dinas mereka nanti dinakhir bulan. Mereka akan pergi satu team ke pulau seberang untuk menjadi audit ekternal di Perusahan Mesin yang terkenal seantero negara ini. Direktur Chow sudah meminta lama tentang estimasinya. Tapi, belum juga sempat di kerjakan. Hari ini di tunggu malah belum selesai. Puri menatap map hijau yang masih nangkring di rak bagian belakang tepat berada di belakang kursi kerjanya. Dengan gerakan cepat, Puri menyambar map hijau yang ada di belakang dan membuka isinya. Cukup di baca sekilas saja oleh Puri dan Puri langsung mengetik di komputer. Tangannya sudah lihai dan terampil lancar tanpa hambatan. Otak dan jari -jarinya sudah sinkron dan benar -benar bisa di ajak kerja sama dengan baik. "Kasih waktu buat gue satu jam. Loe tunggu di sini," titah Puri tegas. Aji menatap tajam ke arah Puri dan duduk di kursi plastik tang ada di dalam bilik itu. Puri sangat fokus dan sama sekali tak peduli dengan apa yang sedang di lakukan oleh Aji. Klinting ... Suara benda terjatuh dari atas meja saat Puri menggeser map hijau itu agak ke samping. Aji menatap benda berkilau bubdar terjatuh dari atas dan menggelinding drekat kakinya. Aji memungutnya dan meletakkan cincin yang sudah di ukir nama Arka di sana ke atas meja. Puri hanya melirik dan diam. Lalu menatap Aji yang pasti akan banyak pertanyaan setelah ini. Kenapa cincin iru di lepas dan bisa jatuh. Sungguh teledor sekali. "Punya loe kan? Ada nama Arkanya," ucap Aji kepada Puri. Puri hanya mengangguk pasrah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN