Azazel mencibir. Pandangannya sangat sinis ke arah Bellerophon di atas sana. “Luis … jangan kau memintaku untuk mendengarkan makhluk di atas sana yang seperti tikus di dunia manusia itu?” hinanya terang-terangan. Luis berdecak. Mulut Azazel ini benar-benar sesuatu tanpa kendali rem sama sekali. “Coba kita dengarkan dul—” “Aku tahu kalian akan meremehkanku seperti itu.” Bellerophon memotong kalimat Luis. Meski dia sendiri memang tidak tahu menahu soal keberadaan pemuda buta tersebut, yang terletak jauh di alam bawah sadar dari tubuh yang kini Azazel pakai. “Kalau begini respon kalian ….” Bellerophon mengangkat panah. Kemudian secara ajaib tali busurnya tertarik sendiri, muncul juga anak panah berkilauan dengan warna keemasan. “Aku akan bercerita sambil memberi serangan,” cicit sang pahla