Rangga menarik napas panjang dan di hembuskan perlahan melalui hidung dan mulutnya. Ia kembali berjalan menghampiri Dewi dan duduk tepat di samping Dewi. Sudah lama rasanya hal seperti ini tak ia rasaka bersama Dewi. Kenangan manis beberapa tahun lalu masih jelas terasa sangat indah di mata Rangga. Tak kan pernah terlupakan sedetik pun. "Kenapa sih? Semua ini harus di tutupi?" tanya Rangga pelan masih tetap menatap ke arah kaca besar itu. Dewi melirik ke arah Rangga. Tumben sekali lelaki di sebelahnya ini serius. Atau cuma modus saja? Ia hanya butuh tanda tangan Dewi untuk mendaparkan harta warisan yang di titipkan Nenek Aini pada Dewi untuk Rangga dan keturunannya nanti. "Kalau kamu cuma mau datang minta uang. Mana gironya, biar aku tanda tangani," ucap Dewi ketus. Rangga langsung me