108. Kebahagiaan Mertua

1318 Kata

Raka melambaikan tangannya pada Tere yang terlihat baru saja membuang napas panjang. Ia tahu ibunya begitu sensitif dengan pelaku pelecehan seksual, apalagi ibu Aira justru melindungi pelaku alih-alih korbannya yang tak lain adalah putri kandungnya sendiri. Raka bisa melihat rahang ibunya mengeras hingga untuk tersenyum pun pasti terasa berat. "Selamat siang, Bu Tere, Pak Fendy" sapa Yeni memecah ketegangan di antara mereka. "Oh, ya. Selamat siang, Bu Yeni," sahut Fendy seraya merangkul bahu kaku istrinya. Ia memberi anggukan pelan pada Tere agar istrinya itu bersikap biasa saja pada besan mereka. "Udah mau pulang, Bu?" tanya Tere pada Yeni. "Ya. Saya ke sini cuma bentar soalnya ada kerjaan dan anak-anak saya tinggal tadi," jawab Yeni. Ia menunjuk ke arah pintu rumah dengan telapak tan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN