Di dalam mobil, sepanjang perjalanan tak banyak kata yang terucap. Hanya suara hujan di luar jendela dan napas mereka masing-masing yang terdengar samar. Aleena sesekali melirik ke arah Agastya. Pria itu tampak tenang menyetir, tak banyak bicara seperti biasanya. Tapi entah kenapa, keheningan itu terasa nyaman. Mobil berhenti perlahan di depan toko. Sebelum Aleena membuka pintu, Agastya bicara pelan, seolah memilih waktu yang tepat. “Saya tau kamu belum sepenuhnya percaya. Tapi saya tetap akan ada di sini. Tidak akan memaksa, tapi juga nggak akan pergi.” Aleena menunduk, bibirnya sedikit bergetar, tapi dia menahannya. Dia tau hatinya mulai luluh, dan itu sangat menakutkan. Agastya menoleh. “Kamu nggak perlu jawab sekarang. Aku akan tunggu. Saya berniat untuk membawa kamu pulang ke Sur