9. Kota Kembang

1332 Kata

Aleena masih berdiri di tempatnya dan tidak melangkah kemanapun. Dia mengabaikan panggilan Agastya dan tidak takut jika pria itu marah padanya, walaupun saat ini ekspresi wajah pria yang saat ini telah membuka jas hitamnya tampak sangat mengeras marah. “Aleena.” Lagi, Agastya memanggil gadis itu kali kedua untuk menghampirinya. “Kita bahkan baru sampai, Om. Leena lapar, apa Om Aga tidak lapar?” tanya Aleena mencari alasan. Dia harus bisa mencari cara agar pria itu tidak meminta haknya padanya saat itu juga. Agastya berdecak. “Saya akan pesankan makan siang, tapi kesini dulu kamunya,” titahnya dengan nada kesal pada gadis berwajah chindo itu. Aleena menghentakkan kakinya dan mau tak mau menghampiri Agastya yang masih duduk di tepi ranjang. Langkahnya tampak sangat berat, dia menyere

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN