Perkataan Rayhan teramat mengancam di telinga Yuri. Naluri keibuannya muncul tiba-tiba. Ia segera memeluk perutnya yang masih terlihat rata, seolah berusaha melindungi dari tatapan Rayhan yang tajam dan menusuk. Bayinya tidak bersalah, tidak juga berdosa. Ia hadir di dalam perutnya pun bukan kehendaknya. Seharusnya lelaki ini mau menerima dengan lapang d**a, apalagi ini adalah darah dagingnya. Segitu berartikah seorang wanita Khansa Talita Rahman di mata lelaki ini dibanding keturunannya sendiri? Yuri menjerit dalam hati. Seharusnya ia sadar, ia dan bayinya tak akan bisa bersaing dengan Khansa. "Cuma itu solusi dariku Yuri," bisik Rayhan sambil menatap pedih perut rata milik Yuri. Ada pedih yang berusaha ia tutupi. Mungkin semacam protes pada takdir yang kini ia terima. Wajah Yuri beg