The Power of Gosip

1162 Kata
Amel menghembuskan nafas. Setelah kebodohan dan ucapan ngawur Hang di pesta ulang tahun lelaki itu beberapa hari lalu, ia sukses menjadi artis dadakkan di kantor. Di sudut manapun, manusia-manusia kurang kerjaan selalu saja mengeluarkan gibahan tidak bermutu. Dari ia memakai susuk pemikat, guna-guna hingga sugar baby bos yang rela memberikan tubuh untuk keberlangsungan hidup demi mencari kesejahteraan dunia. Semua hal negatif netizen arahkan pada dirinya.  Usut punya usut. Dari mata-mata setia yang berhasil Amel bodohi hanya bersogokkan nomor telepon salah satu karyawan tercantik di kantor, Amel bahkan sempat akan disantet online oleh para fans gila Hang. Aduh! Jujur Amel tuh pengen hidup tenang, makan enak terus mati bergelimang harta. Bukan malah jadi musuh para pengabdi Hanggono semprul. Kalau boleh ikutan tukar nasib, Amel ngajuin diri sekarang deh biar still waras sampai Tuhan calling-calling cantik buat naik ke surga.  "Eh, tahu nggak sih?! Kabarnya nih, Bu Manajer sampai bawain itu cewek uler makanan loh. Katanya disuruh sama Pak Hang."  "Si Amel itu?!"  "Iya! Siapa lagi cewek uler di kantor kita. Jangan-jangan gosip dia pake dukun beneran loh. Masa Bu Manajer yang galak bisa sebaik itu sih?!"  Amel meremas ujung rok. Acara pengen boker dengan tenang gagal, seolah-olah hajatnya tahu banget dan tiba-tiba naik ke atas lagi. Gila saja! Tinja aja sampai nggak mau keluar, apalagi dia yang di gosipin terang-terangan. Jelas saja Amel memilih berdiam diri di dalam bilik kamar mandi.  'Ya Tuhan! Dukun mana? Gue ke Pak Ustad aja setahun sekali kalau mau zakat fitrah doang,' batin Amel miris karena di gosipkan yang tidak-tidak. Bagi Amel sendiri, mungkin lebih baik di gosipkan tidur bareng atau pake hipnotis di bandingkan menyekutukan Tuhan. Azabnya lebih pedih. Amel nggak mau kalau sampai mati nanti, tiba-tiba jadi lutung di neraka.  "Ih miris ya, Beb. Demi ngangkat ekonomi keluarga dia sampai rela ke dukun gitu."  Amel mengerutu dalam hati. Ia mengutuk mulut-mulut laknat yang seenak jidad ngomong. 'Nggak ada akhlah. Ekonomi keluarga mana yang mau gue angkat?! Gue yatim-piatu, Maemunah! Gue blender juga tuh congor yak!' amuknya masih dalam hati.  "Denger-denger dari anak-anak lantai Pak Hang, dia suka banget di ruangan Bos tauk! Mereka w*****k kali ya?!" "Ih masa sih?" terdengar suara yang begitu ingin tahu. Membuat Amel dilanda kepo, hingga menempelkan daun telinganya ke papan pintu.  "Iya! Tapi katanya nih, Beb. Nggak ada suara gitu. Jangan-jangan Amel nggak bisa kasih happy Pak Hang lagi, makanya dia ke dukun. Dia tahu tuh goyangannya nggak enak, jadi butuh alat lain."  Brak!! Amel berdiri dengan nafas terengah setelah membuka pintu kamar mandi. Ia mengacakkan tangan ke pinggang. "Sembarangan lo ya! Siapa bilang goyangan gue nggak enak hah?! Bos lo aja ketagihan! Kaga perlu ke dukun gue mah. Di kedipin juga ngekor itu Hang kaya anak anjing!" sembur Amel berapi-api. Gagal sudah dia menahan amarah. Biar saja semua orang tahu kalau kesuciannya telah ternoda, asal kehormatannya dalam memberikan service tidak di cemari. Eh?! Sadar telah melakukan kesalahan fatal, Amel segera membekap bibirnya. "A-nu.. A-nu! Duh gue salah ngomong Mbak. Misi." secepat kilat Amel ngacir. Berlari kencang seolah-olah dia sedang di kejar oleh orang penagih hutang.  "Cepet keluarin Hp. Kabarin ke temen-temen lain. Si uler beneran jual body ke Bos."  * Uler Betina beneran tidur sama Bos Hang. Tadi dia ngomong sendiri ke kita. Mika saksinya. Lemas. Amel sampai nggak kuat menggerakkan jari-jarinya setelah membaca broad cast grup gosip kantor. Ia menyandarkan tubuh setelah mengembalikkan ponsel Gerry.Mata-mata terpercayanya dari bagian keuangan.  Amel menatap langit-langit dengan mata berkaca. Setelah ini mungkin ia akan mati terkapar dengan ribuan jarum yang menancap di sekujur tubuh akibat santet dari para fans bosnya. Kalau tahu akan berakhir tragis, mending tadi dia maksain bisa berak. Gimanapun jika ia mati beneran, tuntutan buang air besarnya telah terpenuhi. Dia nggak akan jadi hantu nista yang pengen ke kamar mandi terus.  Ruang kerja Amel terbuka. Di luar telah terpampang manusia paling menyebalkan. Sumber dari kesemrawutan hidup damai Amel. Laki-laki itu terlihat menyerngitkan kening ketika melihat Gerry yang duduk di atas meja Amel, sedangkan si pemilik ruangan tengah duduk pasrah menyandarkan tubuh di kepala kursi.  "Ehem.. Gerry yang nggak saya salutin sama sekali. Ngapain kamu di ruangan sekretaris saya? Kamu sudah bosan kerja di sini." ujar Hang dengan suara beratnya. Lelaki itu jelas tengah mengibarkan bendera. Tanda siap untuk berperang, menumbangkan calon-calon lawan yang ingin merebut sang betina.  Gerry kontan saja langsung berdiri. Ia hapal sekali suara Bosnya yang selalu marah-marah tanpa berteriak. Membalikkan badan, Gerry memberikan senyum termanis pada Hang. "Ini Pak. Saya lagi ngasih laporan ke Mbak Amel." jawab Gerry senatural mungkin agar tak dikira selingkuhan Amel. Secara gosip tentang Amel yang merupakan calon istri Hang telah menyebar ke seantero jagad raya. Dunia akhirat malah! Tuyul-tuyul ikut jadi agen gosip soalnya. "Sejak kapan Amel jadi direktur di sini, sampai laporan keunganan perusahaan kamu kasih ke dia?!" tuntut Hang dengan gaya sinis andalan lelaki itu.  Hang melangkah semakin dekat. Ia cukup terganggu dengan Amel yang justru semakin nyawan memasrakan diri. Wanita itu bahkan sampai menutup wajah dengan lengan kanannya.  "Kasih tahu aja Ger!Biar si Bos sadar udah hancurin masa depan gue." lirih Amel masih enggan merubah posisi terakhirnya.  Hang melotot tajam mendengar penuturan Amel. Ia jelas tidak terima di cap sebagai perusak masa depan. Ia kan memiliki cita-cita luhur. Ingin membahagiakan Amel lahir dan batin. Menjadikan wanita itu ratu di kerajaan cintanya yang suci. Tapi kenapa Amel justru berpikiran negatif dengan usahanya beberapa hari ini.  "Cepet jelasin! Kalau nggak saya pecat kamu, Ger!" ancam Hang sambil mendudukkan diri di kursi tamu Amel. "Jadi gini Pak," Gerry menjeda kalimatnya. Beberapa kali ia menarik dan membuang nafas. Seolah tengah menyiapkan kata-kata terbaik agar Hang paham betul informasi yang akan ia sampaikan. "Amel di gosipin sama anak-anak kantor. Katanya Amel gini.." Gerry membelitkan jari-jarinya. Berharap Hang mengerti tanpa ia mengucapkan kalimat vulgar sekalipun. "Makanya Bapak mau nikahin Amel."  "Gini tuh apa?!" tanya Hang membelitkan jari-jari, lalu menggoyangkan ke udara.Persis seperti apa yang Gerry peragakan beberapa detik lalu.  "Itu loh Pak. Celup-celup."  "Kamu pikir teh  bandul celup-celup. Yang jelas, apa saya potong gaji kamu."  Gerry mendesah. Memang paling enak kalau jadi bos. Mau tahu sesuatu, tinggal ancam gaji saja. Bawahan seperti dia pasti langsung lemah iman. "Tidur Pak. Wadidaw, ena-ena." jelas Gerry pada akhirnya membuat Hang mengangguk-anggukkan kepala.  "Emang bener kok. Kamu konfirmasi aja ke mereka, kalau itu gosip seratus persen bener." ujar Hang kelewat santai.  "BAPAK!" jerit Amel frustasi.  "Lah! Kan emang bener Amel! Kamu lupa sama kegiatan kita waktu itu?! Kita kan gini.." Hang sekali lagi mengulangi peraga yang Gerry berikan untuk penyamaran aktifitas ranjang mereka.  "Jangan gosip ya Bapak. Jangan sampai saya resign nih!" kali ini dengan emosi berapi, Amel menyampaikan ancamannya yang selalu saja gagal untuk dilakukan.  Hanng terkekeh. Ia bangkit dari kursi. "Loh! Gosip, semakin di gosok tuh semakin sip Mel. Gosok aja terus biar makin panas." jelas Hang.  "Sebarin Ger. Amel udah hamil anak saya gitu. Biar nambah rame ini gedung." titah Hang sembari tersenyum miring. 'Biar kamu juga bisa cepet-cepet bisa saya halalin,' batin Hang.  "Jangan ngaco ya Pak. Saya udah mau calling Israil ini." Hang tertawa mendengar kelakar Amel.  "Siap Pak!"  Amel berdiri tegak. Ia berjalan cepat menuju jendela ruangannya. "Woi, Malaikat. Hayuk! Gue udah siap ini. Cepetan telepon, ntar gue angkat!" kontan saja aksi Amel ini mendapat bahakkan dari Hang dan Gerry.  "Malaikaaaattt!" jerit Amel karena semakin frustasi. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN