“Ra, apaan nih?” Sita menyambar paper bag berwarna merah yang Nara letakkan di atas meja. Membukanya kemudian memeriksa isinya. “Wah, kotak perhiasan. Dari siapa? Pak Damar ya?” lanjutnya lagi. Nara menghela napas pelan kemudian mendaratkan tubuhnya di atas sofa. Kedua tangannya melipat di belakang kepala. Sementara kedua matanya menatap nanar langit-langit apartemen Sita. “Dari Adrian ....” Nara menjawab dengan lesu. “What? Dari Adrian? Kok bisa?” tanya Sita sedikit memekik, kedua matanya bahkan membulat dengan sempurna. “Aku pernah cerita ‘kan kalau dia pernah kasih aku hadiah. Itu hadiahnya, perhiasan.” Nara melirik ke arah Sita yang duduk di sofa satunya. “Terus kenapa kamu bawa ke mari hadiahnya? Mau pamer?” Sita meletakkan kembali kotak perhiasan tersebut ke dalam paper bag kemu