“Damar...,” sahutnya tersenyum. Nara merasa sangat lega sebab Damar hanya menjawab singkat seperti tadi. Tidak seperti pikirannya di mana Damar akan bertingkah konyol dengan mengatakan dia adalah calon suaminya. Sepertinya Nara kebanyakan menonton drama. Tidak mungkin pria seperti Damar akan melakukan hal seperti itu, bukan? Herdian sibuk memperhatikan Damar dari ujung kaki hingga kepala. Hebat juga Nara bisa mendapatkan pria seperti ini, pikirnya. Tapi bagaimanapun juga, bagi Herdian tidak ada pria sehebat dirinya di dunia ini. Damar mengurai jabatan tangannya dengan Herdian. Kemudian kembali duduk ke tempatnya semula. Jujur saja, di mata Damar, Herdian itu tidak ada menariknya sama sekali. Terlebih wajahnya yang seperti meremehkan Nara. Damar sama sekali tidak menyukai hal itu. “Sep