"Abang tuh rajin banget sih masuk rumah sakit?!" Vallery menghentak kakinya. Ia panik sampai berlari seperti orang gila ketika mendapat telepon dari Mommy-nya, mengira jika kakak laki-lakinya kritis. "Kamu kok masih pake itu Dek?!" "Apa?" sentak Vallery galak. Ia meneruskan pandangannya pada apa yang Mellia lihat. Gadis itu berdecak. "Ya gara-gara Mommy!" melepaskan pengait apron khusus pegawai cafe-nya, bibir Valery tetap terus melanjutkan unek-unek dalam hatinya. "Makanya Mommy jangan telepon sambil nangis-nangis. Ngiranya Abang beneran parah, pake segala bilang Abang sesak napas.." tapi yang ia lihat pria itu biasa saja. Menempel erat pada kakak iparnya alih-alih terkapar tak berdaya layaknya penderita asma yang kambuh. "Ya emang!" Mellia mencubit pinggang putrinya. Ia kesal karen