5

2596 Kata
Sesampainya di vila, regan mendadak merasa pusing. "Apa ada masalah?" Tanya Alana ketika melihat Regan memegangi kepala nya. "Seperti nya hanya karena kurang istirahat." Ucap regan tak mau Alana merasa panik dan khawatir akan keadaan nya. "Alana bantu ke kamar ya om." Ujar Alana sembari memopoh tubuh besar Regan. "Om istirahat dulu, Alana akan cari obat dibawah." Ucap Alana sembari menyelimuti Regan. Alana turun kebawah dan mencari kotak obat yang sebelum nya pernah regan beritahu letak tempat nya, setelah ketemu ia menuju kedapur dan berniat memasak untuk regan. "Tapi kan Alana belum pernah masak." Gumam Alana. Alana melihat jam menujukan pukul lima sore tapi matahari sudah mau terbenam saja, dari langit mulai terasa gelap. "Lihat internet saja." Ujar Alana, toh dia pernah membantu sang mamah Icha membuat bubur saat Gerald sakit. Internet: Untuk bubur, masukkan beras dan air ke dalam panci, masak hingga mendidih. Lalu masukkan garam dan daun salam sambil terus diaduk hingga menjadi bubur. Selama proses mengaduk, jika dirasa kurang lembek bisa ditambah air lagi. Alana mempeaktekan nya hingga ia coba sendiri masakan nya setelah jadi, dan rasa nya tidak benar-benar buruk menurutnya Alana melangkahkan kaki nya naik keatas, menuju kamar Regan. "Om makan bubur dulu ya, baru makan obat nya." Ucap Alana. Regan mengangguk nurut, kini rasanya persis seperti punya seorang istri. Regan menyukai nya. "Aaa, ayo buka mulut nya." Pinta Alana. "Ini Alana yang masak loh om." Ucap Alana membanggakan dirinya. Regan membuka mulutnya dan menerima suapan dari Alana, regan pikir alama hanyalah anak manja ternyata wanita itu pintar juga dalam memasak bubur walau rasanya lumayan asin. "Makasih Alana." Ujar regan dengan keadaan tubuh yang menggigil. "Mungkin om benar benar kecapekan." Ujar Alana tak tega dengan regan yang kini tertidur lemah. "Ini minum obat nya." Ucap Alana menyuapi obat ke dalam mulut regan. Alana mengelus lembut kening regan dan menyanyikan lagu Nina Bobo agar pria itu cepat terlelap dan bermimpi indah. "Melakukan apa Alana?" Tanya regan memancing Alana untuk lebih jujur lagi padanya. Alana menggelengkan kepalanya. "Alana mau mandi." Ucap Alana sembari mendorong d**a regan yang berada dihadapan nya. "Nanti Alana kesini lagi ya, jenguk om." Ucap Alana. Regan mengangguk setuju dan membiarkan Alana untuk pergi kali ini. "Baiklah, akan om lepaskan kamu kali ini." Gumam regan tertuju pada Alana. Selesai bebersih, Alana masuk lagi kedalam kamar Regan. "Kenapa om regan lama sekali sih mandi nya?" Ujar Alana terlalu lama menunggu. Ponsel regan berdering membuat Alana menuju kearah sana untuk mengambil panggil tersebut. "Sely?" Gumam Alana. "Apa karyawan om regan juga ya?" Gumam Alana. "Alana." Panggil regan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Alana tersenyum pada regan. "Om sudah selesai mandi?" Tanya Alana yang diangguki oleh regan. "Dari siapa?" Tanya regan sembari meminta ponsel yang berada digenggaman tangan Alana. "Sely." Jawab Alana saat ponsel regan sudah dipegang oleh pemilik aslinya. "Siapa?" Tanya Alana mulai membuat regan panik dan was-was. "Teman." Ucap regan sembari tersenyum. "Alana bisa tunggu om diluar kan?" Tanya regan membuat Alana cukup sedih. Tapi tetap saja Alana tetap mengangguk setuju. "Baiklah, Alana akan tunggu diluar." Ucap Alana dengan perasaan sedih. "Biasa nya om regan kalau angkat telpon gak pernah suruh Alana menjauh?" Gumam Alana sedih. "Mungkin terlalu penting sampai Alana tidak boleh dengar kali ya?" Ucap Alana tetap berpikir positif pada regan. Ah, Alana mau telpon kak Ken dulu aja deh! "Hello kak Ken?" Ucap Alana menyapa Ken saat pria itu baru menjawab panggilan nya. "Halo adik ku sayang sedang apa cantik?" Tanya Ken pada adik kesayangan yang ia rindukan hampir setiap hari. "Sedang menunggu om Regan telpon dengan Sely." Ujar Alana dengan semangat. "Seperti nya om Regan tidak bisa diganggu dulu, karena urusan kerjaan." Ujar Alana lagi membuat Ken tertawa kecil. "Itu sih bukan tentang kerjaan Alana, tapi tentang hati." Ujar Ken terkikik. Tidak menyangka bahwa sahabatnya itu masih berhubungan dengan cinta lama nya. "Jangan ganggu dia, mungkin regan sekarang sedang senang-senan nya." Ucap Ken pada sang adik. "Alana bisa main dengan yang lain dulu kan, pasti sudah punya teman dong... kakak diceritain sama papah katanya namanya Rey?" Tanya Ken. Alana mengangguk, tapi kini fokus nya hilang. Kenapa kakak nya Ken berbicara pada Alana seperti itu tentang regan? "Hm, kak memang nya Sely siapa?" Tanya Alana perlahan. "Regan belum cerita toh, mungkin dia kamu kali ya sama adek kakak yang paling lucu ini. Dia itu cinta pertama regan, kamu tahulah kalau pria dengan cinta pertama nya pasti suka masih ada getaran." Ujar Ken. Deg! "Ah sudahlah, jangan bicarakan itu. Kamu masih kecil Alana." Ucap Ken. Hati Alana terasa perih ketika mendengar kenyataan baru ini. "Rasanya buat sakit hati, kenapa bisa ya?" Tanya Alana pada diri nya sendiri. Alana menggelengkan kepalanya. "Alana akan tunggu sampai om regan yang bilang pada Alana sendiri." Ucap Alana pada regan. "Aish... air mata Alana jatuh, kok bisa sih!" Runtuk Alana pada dirinya sendiri. "Ah Alana pasti kelilipan." Gumam Alana Regan membuka pintu kamar nya dan melihat Alana yang berjongkok dihadapan pintunya kamar nya. "Alana gak mungkin dengar percakapan ku dengan Sely didalam kan?" Gumam regan takut. "Alana." Panggil regan. Alana berdiri tanpa menoleh pada regan, dengan memebelakangi pria itu Alana beralasan sakit perut sembari memegangi perut nya. "Ah perut Alana sakit, Alana mau ketoilet dulu ya om." Ujar Alana langsung berlari kecil kedala kamar nya, dan masuk kedalam kamar mandi. Ah hati Alana rasanya perih banget. Alana duduk diatas closet. "Alana harus tanya ke siapa, tentang obat yang bisa menyembuhkan luka dalam?" Gumam Alana berbicara sendiri sembari memegangi ulu hati nya yang terasa nyeri. Alana menelefon Regan dan lebih memilih untuk tidak bertemu dengan pria itu. "Halo om?" Panggil Alana ketika regan menjawab panggilan nya. Ah sakit. Jujur, ulu hati Alana perih. Karena sebelum nya ia tidak pernah dibohongi oleh orang terdekat nya, rasa percaya akan regan mulai hilang dalam diri Alana. Satu-satu nya cara mempertahankan nya hanya membiarkan regan jujur pada nya sebelum Alana memergoki nya duluan. "Alana, kenapa telpon om. Kenapa gak keluar saja dan langsung mengobrol?" Tanya regan curiga. "Hm, Alana tiba-tiba ngantuk berat dan ingin tidur lagi. Om jalan sendiri pagi ini tidak apa-apa kan?" Tanya Alana hati-hati Regan menyergitkan dahi nya. "Kamu gak bohong kan, jangan bilang kamu sakit ya?" Tanya regan khawatir. "Nggak om, Alana hanya ingin tidur. Nanti sore tolong bangunkan Alana." Ucap Alana berpesan pada regan. Regan bisa merasakan suara Alana yang bergetar. "Om akan ke kamar mu." Ujar regan. Alana yang mendengar itu tidak mau membiarkan regan melihat dirinya yang tengah menangis pun dengan cepat berlalu mengunci pintu kamar. Krek krek Krek  Tok tok tok "Alana!" Panggil regan khawatir. Melihat pintu nya telah dikunci dari dalam seperti nya wanita itu memang sedang tidak ingin diganggu. "Benarkah Alana tidak mau ikut?" Tanya regan kembali. "Om akan beli eskrim coklat dan strawberry loh, belum lagi akan membeli beberapa cemilan malam." Ujar regan membujuk Alana untuk ikut dengan nya. Tak mendengar jawaban dari Alana, regan tepat tidak mau kalah ataupun menyerah. "Kalau nanti ada wanita yang mendekati om, om harus jawab apa Alana?" Tanya regan memancing Alana keluar. "Sudah banyak loh yang minta nomor om." Ujar regan lagi membuat Alana membuka pintu kamar nya dan memeluk pria itu. "Hm, bilang saja om sudah punya Alana." Ucap Alana pada regan berbisik Regan tersenyum kecil, gemas sekali dengan tingkah laku Alana pada nya setiap saat. "Dasar anak kecil!" Ejek regan membuat Alana menggelengkan kepalanya. "Alana sudah bukan anak kecil yang bisa dibohongi." Ucap Alana sembari menatap mata regan. "Apa om mau bilang tentang sesuatu pada Alana, apapun itu akan Alana dengarkan?" Ujar Alana memancing regan agar menceritakan cerita yang sebenarnya. Regan mengerutkan alisnya. "Tidak ada." Ucap regan sembari tersenyum manis pada Alana. "Apa om regan baru saja berbohong?" Tanya Alana ketika melihat tanda orang berbohong di wajah regan. Alama sudah mempelajari ini lama sekali, karena didalam lingkungan nga tidak pernah ada membohongi dirinya sebelum nya. Regan menggelengkan kepala nya. "Terlalu banyak gerakan mata, senyum yang dibuat-buat, wajah memerah dengan tubuh nampak gelisah." Ucap Alana. "Tanda itu sudah mencangkup delapan puluh persen bahwa seorang itu berbohong, dan kecewa nya Alana, Alana melihat semua tanda itu pada om saat ini." Ujar Alana kembali telak membuat regan bingung harus bicara apa. Regan menatap tubuh Alana dihadapan nya yang tengah tertidur nyenyak. Dari atas hingga bawah, wanita itu bahkan tidak bisa menipu pria manapun atas paras indah nya. "Apa yang Alana sembunyikan dari om?" Tanya regan sembari berbisik pada Alana yang tertidur pulas disana. Pagi hari nya Alana bangun, tanpa mandi dirinya sudah pergi keluar dari rumah. Ia mencari keberadaan Rey yang sebelum nya berjanji akan membawa nga jalan-jalan kesebuah tempat. "Alana!" Panggil Rey dari sebrang. "Rey, apa kita jadi ke air terjun?" Tanya Alana bersemangat. Rey mengangguk. "Kalau begitu ayo naik." Ujar Rey yang tengah membawa sepeda. "Alana hampir gak pernah naik sepeda loh, tolong Rey lebih hati-hati dalam berkendara ya?" Ujar Alana pada Rey. Rey mengangguk.  Pagi ini Alana dan Rey sunggu bersenang-senang tanpa sepengetahuan regan. Sedangkan dikamar nya regan mondar-mandir sendiri, disaat tidak menemukan Alana di kamar wanita itu. "Hanya ada sepucuk surat sialan ini!" Runtuk regan sembari meremas surat dari Alana yang izin pada nya untuk keluar bersama Rey. Regan mengacak rambut nya, ia sungguh tidak suka dengan semua ini! Ia tidak mah Alana pergi dari nya bahkan menjauh dari pandangan nya. "Rey. Pria itu bukankah sudah aku peringati sebelum nya?" Gumam regan sembari mengepalkan tangan nya. Sore hari, Alana baru pulang dari acara bermain nya bersama Rey. "Makasih ya Rey untuk hari ini, Alana senang sekali." Ucap Alana. "Alana, masuk." Perintah regan yang ternyata sudah menunggu Alana selama ini di ruang depan.  "Rey, kamu bisa pulang sekarang." Ucap regan kembali dengan wajah yang menyeramkan. Rey mengangguk dan pergi setelah pamit pulang pada keduanya. Firasat Rey tentang Alana selama ini seperti nya benar, tapi tetap saja ia tidak bisa bahkan berani untuk bertanya pada Alana. "Masuk Alana." Perintah Regan kepada Alana Alana menggelengkan kepalanya lalu berlari berniat meninggalkan dan memasuki kamar nya lalu dikunci nya agar regan tidak bisa masuk. Tapi niatan itu nihil. Baru saja berlari, dan tepat saat Alana melewati regan tangan regan mengambil tubuh Alana dan membopong nya. "Anak nakal!" Runtuk regan sembari menepuk b****g Alana "Uh sakit tau om." Ujar Alana kesakitan. "Om tidak peduli Alana, yang pasti om sangat kecewa pada mu hari ini. "Ujar regan pada Alana. "Apa kamu suka saat om menghukum mu seperti ini? Ha?!" Omel regan alias cemburu buta melihat Alana meninggalkan nya dan memilih jalan bersama laki-laki yang baru saja dikenal wanita itu berapa hari sebelum nya. "Alana!" Panggil regan meminta Alana menjelaskan kembali perihal ini dan meminta maaf dengan benar. "Alana kalau nakal om hukum lebih dari ini loh." Ancam regan pada bocah bernama Alana yang kini menatap regan ketakutan. "Sekarang coba jelaskan kenapa pergi dengan Rey seharian?" Tanga regan pada Alana. Alana bingung harus jawab apa,masak ia harus jujur kalau ini semua tentang wanita bersama Sely? "Karena Alana lama menjawab, mau tidak mau Alana harus terima hukuman dari om malam ini." Ujar regan menakutkan. Alana bingung harus apa, kini tangan nya diikat oleh regan kebelakang tubuh nya tepat dihadapan pria itu. "Om regan sedang apakan Alana?" Tanya Alana kebingungan. "Terus berdiri seperti itu, om hanya ingin melihat mu yang jera dan lelah hingga rasanya mau duduk." Ujar regan menghukum Alana Alana merengut kesal. "Papah dan kakak Alana gak pernah melakukan ini pada Alana!" Kesal Alana membuat Regan menyergit tidak suka. "Barusan Alana melawan om?" Tanya regan menyindir Alana Alana menggelengkan kepalanya. "Tidak." Jawab Alana sembari menunduk. Sudah hampir sepuluh menit, regan memperhatikan tubuh Alana dari ujung kaki hingga kepala. Alana kini tengah berpakaian menggunakan gaun tidur nya yang cukup teransparant dan sukses membuat regan terganggu. "Jangan macam-macam." Ucap regan kala melihat tangan Alana mulai berontak ingin melepaskan ikatan nya. Alana menggelengkan kepalanya. "Alana menyerah, ini benar-benar pegal om." Ujar Alana. "Mengaku Alana, om hanya butuh itu." Ujar regan membuat Alana kembali enggan untuk bersuara, karena yang ia inginkan sedari tadi hanya regan yang jujur padanya. Tak mendengar jawaban dari Alana, regan pun mengangkat tubuh alama dan menggendong nya hingga keluar pintu rumah. "Alana berdiri sendirian disini, om akan tinggalkan kamu setelah kamu menjelaskan semua nya." Ujar regan pada Alana lalu meninggalkan nya sendiri diluar dengan kegelapan dan kedinginan malam. "Om regan!" Panggil Alana yang takut sekali berada diluar sendirian. Regan mengawasi Alana dari atas, mata pria itu tidak berhenti berpaling dari tubuh kecil Alana dibawah sana. "Apa yang dia sembunyikan sampai keras kepala begitu?" Gumam regan kesal. Suara telpon dari ponsel nya membuat konsentrasi nya pada Alana buyar. Sely, untuk apa dia menelpon? Sedangkan Alana diluar sana sudah merasa kedinginan, mendengar suara langkahan dari depan taman membuat Alana takut bukan main. "Si-siapa?!" Teriak Alana takut. Tak ada jawaban Alana pun memejamkan matanya, bagaimana kalau binatang buas atau orang jahat yang lewat. "Selamatkan Alana ya Tuhan." Ucap Alana dalam hati nya. Alana kini merasakan sebuah kehangatan dari jaket yang menyelimuti tubuh nya. Saat membuka mata Alana menemukan Rey yang berada didepan nya. "Kamu sedang apa dengan tangan terikat dan tubuh yang cukup terbuka ini?" Tanya Rey pada Alana Alana menggelengkan kepalanya, ia tidak bisa jujur perihal regan yang menghukum nya. Karena ia takut sesuatu saat om regan akan di marahi Rey. "Alana cari udara segar." Ucap Alana berbohong, entah sejak kapan ia bisa berbohong yang pasti ini semua karena regan, untuk melindungi pria itu. Rey tertawa. "Kalau cari udara segar mah diluar sana Alana, ayo ikut aku aja." Ajak Rey membuat Alana mengangguk setuju kala batang hidung regan tidak kelihatan Rey membantu Alana melepaskan ikatan ditangan Alana, lalu menuntun wanita itu dengan hati-hati. "Tangan mu memerah karena ikatan tadi, aku beli salep diwarung itu dulu ya." Ujar Rey berbaik hati. Alana mengangguk setuju. "Hm, terimakasih Rey." Ucap Alana sebelum Rey berlari ke ujung sana untuk membelikan nya obat. Selesai membeli Rey membantu Alana mengoles obat tersebut dipergelangan tangan Alana, membuat wanita itu tersenyum senang. "Abis ini aku bawa kamu kesuatu tempat didekat sini, mau gak?" Tawar Rey yang diangguki Elena tanpa berfikir dua kali. Didalam rumah, setelah mengajar telpon dari Sely regan melihat kebawah dan panik karena tidak mendapati Alana disana. "Sial! Dimana dia?!" Runtuk regan sembari mengacak rambut nya. Pria itu berlari kebawah dan menanggil nama Alana agar cepat ditemukan. "Wanita itu ga mungkin pergi jauh kan? Regan melihat Alana yang masuk kedalam pintu rumah, mengetahui Alana telah aman regan pun bisa mengelus d**a nya dengan tenang. Regan melangkahkan kaki kedalam menyusul Alana, melihat wanita itu terbaring diatas sofa membuat pria itu mendekati nya perlahan. "Capek?" Tanya regan pada Alana. Alana mengangguk, lalu menyampingkan dirinya. "Apa kamu marah?" Tanya regan pada Alana. Tak memegang jawaban Alana, regan pun kembali bertanya. "Alana habis dari mana?" Tanya regan dengan lembut. Alana membalikan badan nya menghadap pada regan. "Om masih gak mau jelaskan siapa itu Sely?" Tanya Alana menyindir regan. Regan menelan salivanya sendiri. "Dia..." gantung regan membuat kepala Alana rasanya semakin pusing saja. "Jaket itu, seperti nya om kenal." Ujar regan mencoba mengalihkan pembicaraan. "Ini punya Rey, memang nya kenapa?" Tanya Alana pada regan dengan berani. Regan memegang kepalanya, menahan seluruh amarah nya. "Jadi, maksud kamu itu Alana baru saja jalan dengan Rey?" Tanya regan. Alana mengangguk. "Om saja bisa selingkuhin Alana, kenapa Alana gak bisa cuma jalan sama Rey?" Tanya Alana membuat regan tertohok. Regan bukan nya tidak mau menjawab, hanya saja ia bingung apa yang seharunya ia ucapkan pada Alana. Ia bahkan tidak tahu perasaan yang sesungguhnya untuk Alana, apakan benar cinta atau sekedar main-main. "Sely hanya teman om, gak lebih sedangkan Alana kekasih om. Alana lebih penting." Ucap regan menenangkan Alana. Regan memeluk Alana, dan Alana seperti biasanya tidak bisa menolak nya. Om-om memang jago dalam hal merayu, dan menggombal. "Alana mau tidur sama om malam ini?" Tanya regan membujuk Alana agar tidak marah lagi padanya. Ia tidak suka Alana jauh bahkan mengabaikan nya, belum lagi ia tidak bisa marah perihal Alana yang barusan jalan dengan Rey. Alana mengangguk setuju, sedangkan tangan regan mulai menggendong tubuh Alana keatas. "Tadi jalan-jalan kemana sama Rey?" Tanya regan memancing Alana untuk cerita apa saja yang mereka lakukan selama berduaan. "Hm, Alana lihat kunang-kunang, terus ada air terjun dengan lampu kerlap-kerlip yang sangat indah." Ujar Alana. "Apa Alana suka?" Tanya regan sembari memperhatikan wanita nya. Alana mengangguk. "Suka sekali, suka dong om!" Ujar Alana yang sepertinya suasana hati nya kembali baik. Regan menidurkan Alana disamping nya, lalu baru menyelimuti kan tubuh nya disamping wanita itu. "Dimana ponsel om?" Tanya Alana. Regan menyergit kebingungan. "Untuk apa?" Tanya regan. "Alana harus tahu apa saja yang kalian bicarakan di pesan, Alana kan lebih penting dari wanita itu." Ujar Alana membuat regan perlahan memberikan ponsel nya pada wanita itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN