BAB 3

1007 Kata
Hari-hari Sultan kini di habiskan bersama Natalia. Walau setiap bersama dengan Natalia adalah cobaan berat baginya. Bagaimana tidak, terkadang iman Sultan harus di goda untuk melihat bodi seksi Natalia. Sekalinya tidak seksi ucapan m***m Natalia yang membuat jantung Sultan berdebar seketika.   Sultan setiap harinya hanya mengucap istighfar sebanyak-banyaknya. Kalau sudah berucap, Natalia pasti akan tertawa dan mengatainya sok alim. Sok polos. Dan Sultan tak peduli. Dari pada Sultan khilaf. Lebih berabe lagi.   "Sultan," panggil Natalia. Sultan langsung menoleh. Natalia nampak menghampirinya dengan riang dan memberikannya secangkir kopi. Kali ini tidak ada gambar di atasnya hanya kopi hitam biasa. "Terima kasih." Natalia mengangguk dan duduk di depan Sultan. Memperhatikan apa yang sedang Sultan kerjakan.   Sultan sedang mencoba membuat design menu untuk cafe Natalia. "Aku, suka yang ini." Natalia menunjuk salah satu gambar. Sultan melihatnya dan mengangguk. Natalia kembali fokus lagi. "aku juga suka yang ini." Sultan menatap Natalia bingung. Ini mana? Gumam Sultan.   "Itu kertas kosong, Natalia," ujar Sultan. Natalia menggeleng. Ia meraih kertas itu dan menulis sesuatu. Lalu menyerahkannya kembali pada Sultan. Sultan membacanya dan .... Sultan menatap Natalia. "Ini?" "Namamu." Sultan bingung. "Maksudnya?" "Aku suka nama kamu." Sultan semakin bingung. Natalia gemas melihat Sultan yang tak paham.   "Kamu tuh, pernah pacaran nggak, sih?" Tanya Natalia gemas. Sultan mengangguk. "Pernah." "Terus, kenapa masalah kaya gini aja kamu nggak paham?" Tanyanya. "Masalah apa ya?" Gubrak!!! Andai ini di komik. Natalia pasti sudah aku gambar terjungkal ke belakang. "Sultan, aku suka sama nama kamu." Natalia mencoba menjelaskan. Sultan menyingkirkan semua kertas di hadapannya dan menatap Natalia. Mencoba mencari arti dari kata suka.   "Memang kenapa dengan namaku? Sampai kamu suka?" Tanya Sultan akhirnya dan kembali menundukan pandangannya. "Karena nama kamu itu unik." "Unik?" "Iya, unik." "Banyak kok yang pakai nama ini." "Masa? Aku nggak pernah tau tuh, selama ini yang aku kenal, nama-nama ala-ala barat. Contohnya seperti; Frans, Fernando, Diego, Kenzo, Lucas, Joshua, Allen, Justin, Refanno, baru kamu yang namanya Sultan." Sultan melongo.   Sultan merasa tak asing dengan semua nama yang Natalia sebut. Tapi dimana ya?   "Jadi, kamu suka karena namaku unik?" "Iya." Sultan mengangguk dan kembali fokus menggambar. "Tapi, lebih suka lagi kalau nama Sultan aku sebut saat kamu berada di atas tubuhku, membuat aku mendesah dan menyembut namamu." Sultan menegang. Semakin menegang saat Natalia bangun dan berdiri di belakangnya. Natalia menunduk dan mendekatkan bibirnya di telinga Sultan. "Sul...tan...ahh...akh...." Sultan menoleh kaget. Natalia tertawa terbahak-bahak. Ia langsung pergi ke ruangannya. Meninggalkan Sultan dengan debaran di jantungnya.   "Astaghfirullah.... Astaghfirullahhalazim."   ♥️♥️♥️   Sultan melonggarkan dasinya. Ia merasa sesak nafas. Suara desahan Natalia terus terngiang di telinganya. Tubuh Sultan panas dingin. Sialan...!!! Sultan meraih handuk dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Ia berdiri di bawah shower dan mendinginkan tubuhnya.   Sumpah menjaga iman itu sangat sulit. Kenapa cobaan Sultan begitu berat?   Sultan menyelesaikan mandinya dan langsung keluar dari kamar mandi. Mengeringkan tubuhnya dan memakai pakaian yang ia ambil dari dalam lemari. Buru-buru memakainya dan keluar dari kamar. Ia memilih ke dapur dan menyeduh teh hangat.   Baru satu teguk ia meminum tehnya. Ponselnya berdering. Dengan malas Sultan kembali ke kamar dan mengangkat teleponnya. "Assalamualaikum?" "Sultan, bisa bantu aku?" Natalia? Gumam Sultan. "Ada apa?" "Aku kehilangan dompetku, dan sekarang aku ditahan di sini." "Di mana?" "Di cafe Kemang." Cafe Kemang? Jauh sekali. "Kenapa tidak telepon orang tua mu saja." "Tidak diangkat, cepatlah." Sambungan terputus. Sultan bengong. Kenapa urusan Natalia menjadi urusannya? Kenapa Natalia menelponnya bukan orang tuanya? Atau kalau tidak teman-temannya.   Tapi sebagai pria yang baik hati. Sultan akhirnya meraih jaketnya dan menyambar kunci motornya. Maklum Sultan tak punya mobil. Uang untuk beli mobil ada, tapi sayang. Karena uangnya akan Sultan gunakan untuk membangun usahanya. Jadi, Sultan sudah puas dengan motor Hondanya.   ♥️♥️♥️   Sultan sampai di cafe Kemang. Ia memarkir motornya dan masuk ke dalam. Sultan sudah tak suka saat pertama kali melihat cafe itu. Terlalu remang-remang dan tercium jelas bau alkohol. Ini cafe atau bar sih?   Sultan mencari Natalia. Tapi tak kunjung ketemu. Di mana Natalia? Sultan terus menyusuri tempat itu. Bahkan beberapa wanita berpakaian seksi menggoda Sultan. Jantung Sultan sudah tak sanggup berlama-lama di tempat itu.   "Hey, tampan," goda beberapa gadis. Tapi Sultan tak menanggapi. "Oh, aku suka pria dingin." Mereka terus saja mengoceh. Sultan mencoba tetap fokus mencari Natalia. "Lepaskan aku, b******k!!" Sultan langsung menoleh ke sumber suara. Sultan hapal betul suara Natalia.   Sultan berjalan ke arah sumber suara. Ia melihat Natalia sedang berusaha melepaskan diri dari cengkraman seorang pria tinggi dan tampan. Namun wajahnya nampak tersenyum melecehkan. Sultan bergerak cepat dan menarik Natalia ke sisinya. Baik Natalia maupun sang pria terkejut dan menatap Sultan.   "Sultan." Natalia langsung memeluk Sultan. Membuat Sultan panik tingkat dewa. Sultan salting. Kedua tangannya di angkat ke atas takut kebablasan ikut meluk. "Antar aku pulang." Sultan mengangguk dan hendak membawa Natalia pulang. Namun sepertinya tak semudah itu. Karena pria tadi langsung menarik lengan Natalia kembali.   "Akh...sakit!!" Teriak Natalia. Reflek Sultan menepis tangan kekar itu. Membuat sang pria marah. Pria itu mendorong tubuh Natalia hingga hampir terjatuh. Sultan dengan sigap menangkapnya. Dan sialnya, ia menangkap di tempat yang tak seharusnya. Empuk dan kenyal. Membuat Sultan tanpa sengaja melepas tangannya dan Natalia terjatuh dengan sempurna.   "Auuuww...sakiitt!!" "Maaf, Natalia." Semua orang akhirnya tertawa melihat adegan mereka. Natalia yang kesal dan malu langsung pergi dari sana. Sultan panik dan langsung menyusul Natalia.   ♥️♥️♥️   Sultan terus meminta maaf. Tapi sepertinya Natalia tak berminat untuk memaafkan Sultan. "Nat, maafkan aku, aku tidak sengaja, sumpah!" Natalia berhenti. Ia menoleh. "Jadi, maaf kamu itu untuk bagian dimana tangan kamu sentuh t***t, aku?" Wajah Sultan memerah seketika. "Nat, bahasanya agak di perhalus dong. Kok aku malu ya dengernya." Natalia tambah kesal saja.   "Kalau emang kamu minta maaf karena t***t yang kamu pegang. Aku nggak akan pernah maafin kamu." Sultan bengong. "Eh, jangan dong, Nat. Kan aku nggak sengaja. Aku minta maaf, Nat. Sumpah aku nggak sengaja." Natalia menatap Sultan tajam. "Kamu, harus tanggung jawab!!" "What!!! Tanggung jawab apaan?" "Nikahin, aku." "What!!!!!!!" "Kalau nggak mau, aku tinggal bilang papa kalau kamu cabul."   Sultan semakin shock. Diminta menikah? Dikata c***l? Apa-apaan hidupnya ini???              
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN