"Pokoknya, Papa tidak mau tahu, kau harus menikah dengan, Arman!"
Pak Kim berteriak di hadapan keluarga besarnya. Semua menunduk karena takut, kecuali satu orang.
"Nell, tidak mau, Pa!" bantah Nelly dengan tangan yang terlipat ke dada.
Nelly merupakan satu-satunya anak yang berani membantah setiap perintah Pak Kim. Dia bisa berdiri dan menentang ayahnya saat semua orang menunduk takut.
Ya, dia adalah Nelly Priscillya, atau yang biasa disapa Nell. Dialah satu-satunya yang memiliki wajah tenang saat menghadapi Pak Kim, juga satu-satunya yang memiliki keberanian ganda. Tidak hanya berani menghadapi ayahnya, Nelly juga dikenal sebagai gadis pemberani dalam hal apapun.
Pak Kim murka dengan penolakan Nelly. Padahal semua cara sudah dilakukannya, tapi belum membuahkan hasil apapun.
"Kalau begitu kau siap dicoret dari daftar keluarga dan penerimaan hak waris."
Tidak segan-segan, Pak Kim membeberkan ancaman yang mematikan.
Nelly tertawa. Alih-alih takut, dia malah menunjukkan wajah penuh bahagia. Melihat senyuman Nelly, semua orang jadi merinding.
"Nell, tidak ada gunanya kau menolak, Nak. Lebih baik terima saja." Bu Lily - ibu Nelly, beliau juga ikut bicara. Berusaha untuk membujuk putrinya agar mau mematuhi segala yang diperintahkan Pak Kim.
Melihat ibunya yang berpihak pada sang ayah, Nelly menjadi sedih. Dengan berat hati, Nelly telah memutuskan, bahwa ia tidak bisa menuruti segala yang mereka inginkan.
"Bahkan aku sudah merasa tidak diakui sebagai anak setelah apa yang Papa lakukan?" ujar Nelly dengan mata yang berkaca-kaca.
"Apa maksudmu, Nell?" Bu Lily bertanya.
Mendengar suara serak Nelly, beliau sangat yakin jika hati putrinya sedang sakit. Selama ini, tidak ada yang pernah melihat Nelly menangis. Bahkan suaranya seserak sekarang ini.
Semua mulai menerka apa yang telah Pak Kim lakukan.
"Mama bisa tanyakan langsung pada suami tercinta," sahut Nelly datar.
"Nell, kau …." Mendengar bagaimana cara cucunya menyebut sang ayah, perasaan Nenek sungguh tidak nyaman.
Bu Lily menatap Pak Kim penuh tanya. "Apa yang terjadi?"
Pak Kim menunduk, tidak berani menunjukkan wajahnya yang mulai tegang. "Tidak ada yang terjadi. Jangan dengarkan apapun yang dia katakan."
"Hh." Nelly membuang muka kesal. Kemudian dia menatap Bagas - adiknya. "Selamat untukmu, Bagas, sebagai anak laki-laki kau berhak mendapatkan segalanya."
Nelly pergi setelah mengucapkan kata-kata selamat pada adiknya. Bagas hampir tidak bisa menyembunyikan wajah bahagianya, andai saja Pak Kim tidak langsung bicara.
"Apa kau baru saja menghina adikmu, Nell!" teriak Pak Kim marah.
Namun, Nelly tidak peduli. Dia terus berjalan ke kamar dan menutup pintu dengan keras. Brak! Semua orang terperanjat karena ulahnya.
"Lihat itu!" Pak Kim menunjuk kamar Nelly. "Lihat apa yang anak mu lakukan. Semakin hari dia semakin susah diatur!"
"Ini semua salahmu, Lily. Kau tidak becus mengurus seorang putri, kau tidak mengajarkannya tata krama yang baik." Nenek juga ikut memarahi Bu Lily.
Melihat semua menyalahkan Bu Lily, hati dan perasaan Bagas semakin bahagia.
Di dalam kamar, Nelly sedang mengemas barangnya. Mengambil beberapa pakaian, juga perlengkapan mandi. Dia membutuhkan ini jika tidak ingin terkena bakteri atau penyakit kulit. Tidak lupa mengecek dompetnya, dia memiliki kartu kredit, jadi tidak harus mengemis uang saat pergi.
Nelly sudah bertekad, malam ini dia akan pergi dari rumah. Nelly sadar, setelah ia menolak perintah Pak Kim, nyawa pun terasa tidak dimilikinya oleh badannya lagi. Jadi lebih baik dia pergi, jika tidak ingin mati sia-sia.
Setelah semua beres, terakhir Nelly memeriksa paspor. Satu-satunya benda yang dapat menerbangkannya ke negara lain. Nelly sudah mengurus semua itu sejak seminggu yang lalu, karena ia sudah berencana pergi sejak saat itu.
Sebelum pergi, Nelly memandang kamarnya sekali lagi. Setelah itu mengambil tali yang telah disiapkan, dan keluar melalui jendela.
Nelly melihat ke bawah. "Apa kau yakin melakukan ini, Nell?" Tiba-tiba hatinya bertanya.
Dia tahu ini konyol, nyawa adalah taruhan jika dirinya begitu nekad. Terjun dari tingkat tiga rumahnya, bukanlah hal yang mudah. Bahkan seekor kucing pun tidak akan melakukannya.
Namun, Nelly. Tahukan kalian jika dia benar-benar gila. Tidak ingin keberaniannya sia-sia, Nell sangat suka mengkombinasinya dengan petualangan. Ya, anggap saja dia sedang berpetualang kali ini. Dengan begitu, tidak akan ada ketakutan yang dapat mengalahkan tekadnya.
"Tentu saja aku yakin," ucap Nelly tersenyum.
Akhirnya Nelly memulai aksinya. Pertama dia mengikat tali ke pintu, lalu ke pinggangnya. Baru selanjutnya turun dengan kaki yang mendahului.
Apa yang terjadi di bawah sana? Jangan berpikir badan Nelly akan hancur lantaran terbentur tanah, atau dia akan mengambang di udara karena talinya tidak cukup panjang. Bahkan Nelly telah mengukur kepanjangan dan segala risiko yang bisa saja terjadi.
Sampai di bawah dengan selamat, Nelly langsung melepaskan tali di pinggangnya, kemudian mengendap pergi. Kali ini lebih gila, menempuh perjalanan dengan jalan kaki hingga beberapa ribu kilometer untuk mencapai bandara. Tahukah kalian jika Nelly adalah seorang atlet? Sayangnya dia tidak cukup terkenal dalam bidang tersebut, pun dengan bidang lain yang dimilikinya.
**
Di kota yang sama, seorang pria baru saja menyelesaikan tugasnya. Dia berbicara dengan seseorang di telepon.
[Tinggalkan tempat itu dan segera kembali]
"Baik."
Namanya Arga, seorang pria tampan yang memiliki kemampuan. Dalam beberapa jam ke depan, Arga harus sudah tiba di bandara.
"Bereskan semuanya." Arga memberi perintah pada beberapa orang sebelum ia pergi.
"Baik, Bos."
Segera mereka mengurus beberapa badan yang sudah tidak bernyawa.
Arga dan Nelly, malam itu mereka berada di pesawat yang sama. Namun, di penempatan yang berbeda.
Hingga tibalah di kota tempat tinggal Arga, atau tempat yang menjadi tujuan persembunyian Nelly, mereka bertemu. Saat itu, Arga yang sedang terburu-buru menabrak Nelly.
Hampir saja tubuh Nelly tersungkur di lantai, andai tidak ada koper yang menahan tubuhnya. Nelly menatap Arga kesal.
Arga yang terkesan tidak peduli, sama sekali tidak meminta maaf. Alih-alih meminta maaf, Nelly dipersalahkan.
"Hei, apa kau tidak punya mata!" Seorang pria bertubuh kekar di belakang Arga berteriak.
Nelly terperanjat, tapi Arga menunjukkan wajah enggan. Beberapa petugas mulai mengawasi mereka, karena tidak ingin membuat keributan, Nelly memilih pergi.
"Sial!" umpat Nelly kesal. Meskipun dia marah, tapi Nelly tidak punya pilihan. Atau dia akan menemukan masalah saat pertama kali tiba. Sungguh, sebaiknya ia menyerah kali ini.
Nelly akhirnya pergi setelah mengingat wajah Arga. Bukan sebagai musuh, Nelly mengingatnya sebagai cendra mata.
"Dia tampan sekali," puji Nelly berlalu pergi.
Pengawal Arga ingin mengejar, tetapi Arga mencegahnya. "Tidak perlu mengurus dia."
"Baik, Bos."
Arga segera meninggalkan bandara, memasuki mobil yang sudah menjemputnya. Diam-diam Nelly mengambil beberapa gambar.
"Ah, rasanya aku menemui petualangan yang baru," gumamnya tersenyum. Malam ini dia akan memikirkan apa yang harus dilakukannya dengan gambar-gambar tersebut.