Khavi diam untuk memastikan benarkah ada suara anak kecil menangis. Dan, ternyata iya. Ia mendengar tangisan bersuara kecil yang kemungkinan ada di balik tembok kamarnya. "Sebentar ya, Ra." Zahra hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Memejamkan mata agar tak melihat Khavi berkeliaran dengan tubuh telanjang bulat dan senjata siap tempur. Zahra menggulingkan tubuhnya menyamping, hanya mendengar grasak-grusuk suara Khavi tengah melakukan sesuatu dalam temaramnya lampu kamar. Mungkin sedang mengenakan pakaian untuk melihat siapa yang menangis dibalik dinding kamarnya. Ia hanya bisa tersenyum miris, mungkin malam ini akan tertunda lagi. Dengan keyakinannya sendiri, Zahra memutuskan untuk menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya. Ia hendak memejamkan mata, tapi urung ketika mendengar

