Terpaksa Kembali

1053 Kata
Sadar bahwa kedatangannya sangat ditunggu oleh Lauren, Ryco pun menggunakan jalur udara untuk bisa lebih cepat sampai ke rumah. Rumah yang sudah sejak satu bulan itu ditinggalkannya. "Aku pikir, aku tidak akan pernah kembali. Ternyata hal tidak terduga terjadi dan membuatku harus pulang." "Kita sudah sampai, Tuan," ucap seorang pengemudi taksi, saat mobilnya tepat berhenti di pelataran kediaman Bernard yang tampak megah dan mewah. "Iya, ini ongkosnya." Ryco menyodorkan tiga lembar uang pada sang pengemudi yang tampak terkejut karena jumlahnya sangat lebih dari argo yang seharusnya dibayarkan. "Tapi ini kebanyakan, Tuan." "Tidak apa-apa. Ambil saja!" Ryco pun tersenyum. Pria yang memang gemar berbagi itu pun keluar dari taksi. Diikuti sang pengemudi yang langsung menuju bagasi belakang untuk mengeluarkan dua buah koper yang dibawa oleh Ryco. "Ini Tuan, kopernya." "Terima kasih ya." Ryco pun tersenyum sambil meraih koper yang telah diberikan oleh sang pengemudi taksi. Ryco masih menatap rumahnya. Sebuah rumah dengan nuansa putih dan membuatnya terlihat elegan dengan beberapa furniture mewah di halaman rumah. "Aku arus menaruh koper-koper ini dulu agar bisa segera pergi ke rumah sakit." Ryco mulai melangkah dengan dua koper yang ada di kedua tangannya. *** Beberapa menit kemudian di rumah sakit, Bill terlihat sedang menunggu kedatangan Ryco di lobi. Namun tiba-tiba, ia melihat dokter yang menangani majikannya tampak keluar dari lift bersama seorang pria yang merupakan orang kepercayaan dari Jeff, majikannya. "Itu kan William. Untuk apa ya dia ke sini?" tanya Bill yang tak melepaskan pandangannya sedikit pun dari William yang masih tampak berbincang dengan sang dokter. Merasa ada yang janggal, Bill pun bangkit dari posisi duduknya untuk mengikuti William sambil membawa kecurigaannya. "Aku harus cari tahu, sebenarnya apa tujuan William datang menemui Dokter itu?" Bill terus mengikuti keduanya hingga tiba di sebuah ruangan dokter. Membuat rasa penasaran semakin memenuhi pikirannya. "Ini benar-benar aneh." Setelah lama berpikir, raut wajah Bill seketika menegang saat ia kembali teringat ketika Jeff datang ke apartemen dan meminta Bill untuk kembali bekerja padanya. "Jangan-jangan semua ini adalah rencana Tuan Jeff. Dia hanya berpura-pura sakit agar aku memberi kabar pada Tuan Ryco untuk pulang." Keduanya tangan Bill mulai mengepal erat. Menahan amarah yang mulai menguasai dirinya. Bagaimana tidak, pemikirannya saat ini mengatakan bahwa Jeff hanya menjadikannya alat untuk membawa putranya kembali pulang. Di saat pikiran buruknya tentang Jeff begitu meyakinkannya, tiba-tiba William keluar dan melihat sosok Bill tengah berdiri tidak jauh dari ruangan tersebut. Sosok pria yang terlihat sedang melamun. Memikirkan sesuatu yang belum mendapatkan jawaban. "Bill, untuk apa kau di sini?" tanya William merasa cemas, apa Bill mendengar semua perkataannya dengan dokter di dalam ruangan. "Kebetulan aku hanya lewat saja. Aku ingin ke lobi untuk menunggu Tuan Ryco datang. Kau sendiri, untuk apa di sini?" tanya Bill dengan kedua alisnya yang saling bertaut dalam. Rasa curiga itu semakin besar di saat William terlihat begitu terkejut, saat melihatnya ada di depan ruangan. "Oh, aku. Tadi itu Tuan Jeff menghubungiku, dia memintaku untuk mengurus beberapa dokumen untuk pemindahannya." "Maksudnya pemindahan apa?" tanya Bill dengan wajah penasaran. "Tuan Jeff, ingin dirawat saja di rumah." "Tapi apa kondisinya sudah membaik?" tanya Bill yang semakin heran karena tadi sore kondisi Tuan Jeff tampak sangat kritis, seperti tidak bisa diselamatkan. Itulah yang membuat pria itu sampai memutuskan untuk menghubungi Ryco dan memintanya pulang. "Iya, Bill. Seperti yang dokter katakan, Tuan Jeff berangsur membaik sehingga dokter pun memberikan izin untuk dirawat di rumah." "Kalau begitu syukurlah. Tuan Ryco pasti akan sangat senang mendengarnya." Di tengah perbincangan mereka, dering ponsel milik Bill berdering. Pria itu langsung merogoh sakunya dan mengambil benda pipih itu, kemudian mulai menjawabnya karena panggilan tersebut berasal dari Ryco yang sepertinya sudah tiba di rumah sakit. "Halo Bill, kau di mana?" tanya Ryco sesaat setelah panggilan telepon itu terhubung. "Iya halo, Tuan. Saya di lobi, Tuan di mana?" jawab Bill yang diakhiri dengan sebuah pertanyaan. "Aku baru saja memarkir mobilku di pelataran rumah sakit. Ini sebentar lagi aku akan masuk ke dalam." "Baik, Tuan." Setelah selesai dengan sambungan teleponnya, Bill kembali melihat William yang masih menunggunya. "Ya sudah Bill, kalau begitu aku pergi dulu ya. Aku masih ada urusan lain. Oh ya, segala dokumen untuk keperluan Tuan Jeff dipindahkan ke rumah sudah tidak lagi yang perlu diurus. Semua sudah beres dan Tuan Jeff sudah bisa dirawat di rumah besok pagi. Tolong sampaikan hal ini pada Nyonya Lauren di atas ya." "Baiklah, nanti aku akan sampaikan kepada Nyonya Lauren." William pun melangkah pergi. Meninggalkan Bill yang masih bergelut dengan pikirannya. Namun setelah mendengar penjelasan dari William, rasa curiga itu pun kini mulai menghilang. "Sepertinya tidak ada hal yang harus aku khawatirkan. Oh ya, Tuan Ryco. Aku harus cepat ke lobi depan." Dengan bergegas, Bill mulai melangkah ke arah berlawanan dengan William yang ternyata sempat meliriknya dengan sinis. Setelah tiba di lobi depan, pandangan Bill pun langsung berhasil menemukan Ryco yang tengah duduk di kursi tunggu yang berada di depan resepsionis. "Tuan Ryco." Bill semakin mempercepat langkah kakinya. Menghampiri tuannya yang sudah sejak sebulan ini pergi untuk mencari sebuah kebebasan. "Kenapa lama sekali, Bill?" tanya Ryco sesaat setelah sang bodyguard tiba di hadapannya. "Maaf, Tuan. Tadi aku bertemu dengan William di ruang dokter." "William. Untuk apa dia ke sini?" "Dia ke sini untuk mengurus dokumen-dokumen kepindahan Tuan Jeff." "Maksudmu? Memangnya Daddy akan dipindahkan ke mana?" "Ke rumah, Tuan. Jadi Tuan Jeff meminta kepada pihak rumah sakit dan dokter agar mengizinkannya untuk dirawat jalan di rumah saja." Ryco mulai mengerutkan keningnya. "Bukannya kau bilang kondisi Daddy buruk. Bahkan kau bilang, Daddy bisa saja tidak selamat." "Maafkan saya, Tuan. Saat saya menghubungimu, saya mendengarnya langsung dari dokter tentang kondisi Tuan Jeff kalau memang kemungkinan kecil untuk bisa diselamatkan. Tapi, mungkin saja ini sebuah keajaiban, Tuan." "Ya, mungkin saja, Bill. Jadi bagaimana kondisi Mommy? Apa dia ada di atas?" tanya Ryco yang lebih cemas akan kondisi sang ibu. Terlebih setelah ia merasakan kejanggalan akan sakit yang diderita sang ayah. "Kondisi Nyonya Lauren sekarang sudah mulai membaik, Tuan. Apalagi setelah Tuan Jeff sudah bisa diajak bicara." "Syukurlah kalau begitu. Ya sudah, ayo kita ke atas. Tunjukkan di mana ruangannya, aku sudah sangat rindu ingin segera bertemu dengan Mommy." "Baiklah, ayo mari, Tuan." Bill mulai melangkah terlebih dulu yang diikuti oleh Ryco tepat di belakangnya. "Entah kenapa aku jadi curiga kalau semua ini hanyalah rekayasa Daddy untuk membawaku pulang. Kalau memang benar seperti itu, aku benar-benar tidak akan memaafkannya," batin Ryco yang tengah larut dalam pikirannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN