Vanno menatap pada gadis yang terus saja memakan roti di depannya. Roti yang memang dibuat oleh gadisnya dan rasanya hemm… tidak perlu diragukan lagi. Rasanya sangat enak dan Vanno begitu yakin sekali, kalau nanti gadisnya ini membuka toko roti, maka banyak orang yang membeli roti gadisnya itu. “Lihat ini, coklat ada di bibirmu.” Tangan Vanno terulur dan mengusap bibir gadisnya yang terdapat coklat. Gadisnya tertawa kecil dan tersenyum manis pada Vanno. “Rotinya enak. Kau yakin tidak mau?” Tanyanya memberikan pada Vanno yang menggeleng. “Aku tidak mau. Lebih baik kau habiskan saja roti itu sayang. Aku lebih senang melihatmu yang menghabiskan roti itu dibanding kau membaginya denganku.” Tolak Vanno, yang terpenting baginya adalah gadisnya ini kenyang. “Zevan, kau tahu tidak kalau aku s