Alea melihat rumah yang ada di depannya kembali memeluk Evan. Mengucapkan beribu terima kasih pada Evan yang sudah memberikan rumah ini untuknya. Ia suka dengan rumah yang dipilihkan oleh Evan. Memang sesuai dengan apa yang diinginkannya. Jauh dari hiruk pikuk kota. Dan juga sejuknya udara di sini.
“Kau senang?” tanya Evan lembut.
Alea mengangguk. “Ya! Tentu saja aku senang. Terima kasih Evan. Kau memang baik sekali menjadi lelaki. Kenapa dulu aku tidak menikah denganmu saja?” tanya Alea tertawa kecil sambil mencubit perut kotak Evan.
Evan memegang tangan Alea lalu membawa tangan Alea untuk dicium olehnya. “Hem, kau semakin membuatku jatuh cinta sayang.”
Alea tanpa sadar pipinya bersemu merah mendengar apa yang dikatakan oleh Evan yang mengatakan kata cinta.
“Evan… aku malu…!” Ale
