"Apa yang kamu pikirkan, Mala?" Bisma menatap Mala yang kepalanya menunduk. Mala mengangkat wajah, lalu menggelengkan kepala. Semburat merah terlihat di pipinya. "Aku terlalu tua untukmu ya. Aku lebih cocok jadi ayahmu." Bisma menatap tepat ke bola mata Mala. Mala tidak menjawab, ia kembali menundukan wajah. Bisma meraih jemari Mala, digenggam dengan lembut jemari itu. "Mulai sekarang, jangan sembunyikan apapun dariku. Utarakan saja apa yang ada di dalam hatimu, katakan saja apa yang ada di dalam pikiranmu. Aku akan mendengarkanmu, aku akan selalu mempertimbangkan, dan memperhatikan setiap keinginanmu. Aku suamimu, aku punya kewajiban untuk membuatmu bahagia," ucap Bisma dengan suara lembut. Senyum tak lepas dari bibirnya. Mala menganggukan kepala, tanpa mengangkat wajahnya. Ia merasa c