Pagi ini seperti biasa Fiya akan membeli nasi pecel untuk sarapan. Orang tuanya jarang berada di rumah, karena sibuk mengurus bisnis. Fiya tidak pernah mempermasalahkan hal itu, karena orang tuanya meski jauh selalu memperhatikannya dengan rutin menanyakan kabarnya. Kalau Fiya butuh sesuatu pun orang tuanya dengan cepat akan pulang. Fiya sudah siap dengan seragamnya, perempuan itu membuka pintu rumahnya dengan lemas. Menangis semalaman membuat tenaga Fiya habis, terlebih matanya yang terasa perih karena membengkak. Fiya membuka pintunya dan segera keluar, saat akan menutup pintunya, kantong kresek berwarna hitam menarik perhatiannya. Fiya memencet kantong kresek itu, saking penasarannya perempuan itu membukanya. Bungkusan yang persis seperti nasi ada di sana. Tanpa sepatah kata pun, Fiya

