5. MoonCake

1093 Kata
Malang, 2021 Kabiru tengah duduk di sofa sembari menonton pertandingan bola dengan anteng. Di pangkuannya tengah duduk Sahnum yang sibuk dengan makanannya. Beberapa kali Sahnum juga menyuapinya untuk makan. Sejak Kabiru menginjak remaja, Kabiru pecinta akut sepak bola. Namun sepertinya setelah bertemu Sahnum untuk kedua kalinya, ia hanya pecinta Sahnum. Gerakan Sahnum yang mengunyah makanan sungguh membuat Kabiru salah fokus. Kabiru mematikan tayangan live sepak bola itu dengan remot yang sejak tadi dia pegang. Kini Kabiru terfokus pada istrinya yang tengah memakan omlete telur. Tangan Kabiru terulur untuk mengelus puncak kepala Sahnum. Keberuntungan paling besar yang dimiliki Kabiru adalah bertemu dengan Sahnum. Kabiru tidak berhenti mengucap syukur bahwa kini takdir menyatukannya dengan sang pujaan hati. Semua yang ada pada diri Sahnum, Kabiru sangat menyukainya. Manisnya Sahnum, lucunya Sahnum, ngambeknya Sahnum, Kabiru menyukainya. Atas nama cinta, Kabiru memperistri Sahnum, teman satu bangkunya saat SMA dulu. Kalau dipikir-pikir yang paling beruntung adalah Kabiru. Sejak dulu Sahnum dikelilingi cowok yang ganteng dan tajir, tapi Sahnum malah berakhir bersama dirinya. "Kamu kenapa hobby banget melihatku?" tanya Sahnum memberikan piring yang isinya sudah habis pada Kabiru. Kabiru menerima piring itu dan meletakkan di meja depannya. Kabiru meraih s**u putih, ia memberikan pada sang istri yang langsung ditegug. "Dulu saat kita satu bangku, aku hanya bisa melirikmu. Tapi sekarang aku satu rumah denganmu dan bisa memandangmu dengan jelas, tentu saja memandangmu adalah kewajiban untukku," jawab Kabiru. "Emm ... Selama kamu menjadi suamiku, kenapa kamu tidak pernah pergi nongkrong dengan teman-teman kamu? Masa setelah pulang kerja kamu di rumah terus. Aku mengijinkan kamu kalau sekadar ngopi bersama teman-teman kamu," oceh Sahnum. Yang diucapkan Sahnum sangat benar, Kabiru tidak pernah keluar dari rumah kecuali untuk pergi bekerja dan jalan-jalan dengan Sahnum. Beberapa kali Sahnum menyuruh suaminya untuk ngopi di luar bersama teman-temannya. Sahnum tidak mau dikata mengekang suaminya. Namun suaminya selalu tidak mau. "Aku tidak ingin membuang waktuku dengan sia-sia. Aku hanya ingin menghabiskan banyak waktu bersamamu," jawab Kabiru. Jawaban yang selalu diucapkan Kabiru saat Sahnum bertanya kenapa tidak keluar bersama teman-teman. "Waktuku sudah habis selama delapan tahun tidak melihatmu. Aku tidak ingin berpisah lagi dengan kamu," ujar Kabiru lagi menarik kepala Sahnum untuk dia sandarkan di dadanya. Sahnum pun merebahkan kepalanya dengan nyaman. Tangan lembut Sahnum menarik tangan besar Kabiru. Perempuan itu mengusap telapak tangan suaminya dengan pelan. "Setiap saat aku merindukanmu," ujar Sahnum memainkan jari manis Kabiru yang ada cincin pernikahan mereka. "Entah kenapa rasa ini terus menggerogotiku, tiada hari tanpa mencintaimu, tiada hari tanpa merindukanmu, padahal kamu selalu ada di sisiku," ujar Sahnum lagi. Satu kecupan manis mendarat di kening Sahnum, Kabiru lah pelakunya. "Aku pun demikian, aku selalu mencintai dan merindukanmu," jawab Kabiru. Sahnum menatap dalam manik mata Kabiru. Tangan perempuan itu gantian mengelus pipi Kabiru dengan lembut. "Siapa cowok yang dekat denganku dan paling membuat kamu cemburu?" tanya Sahnum pelan. "Tidak ada," jawab Kabiru dengan tegas. "Tidak mungkin, kamu pasti pernah cemburu dengan seseorang," rengek Sahnum. Sahnum pernah membaca buku kalau cemburu adalah tanda cinta, tapi suaminya sama sekali tidak pernah merasakan cemburu. Mau dia dekat dengan siapa saja Kabiru selalu anteng. Kabiru menatap wajah cemberut Sahnum. Bagi Kabiru, perempuan itu sangat rumit. Dicemburui bilang terlalu dikekang, kalau tidak dicemburui mengatakan kalau tidak cinta. Lalu maunya apa? Kabiru menggelengkan kepalanya pelan dengan tingkah Sahnum. Tulungagung, 2011. "Kamu gimana sih tadi bisa pangku-pangkuan sama Kabiru?" tanya Fiya pada Sahnum. Kini Fiya tengah berdiri sembari menyandarkan tubuhnya di tembok luar kelas. Sedangkan Sahnum ngelendot manja di lengan Fiya. "Ini gara-gara Erlan yang kurang kerjaan itu!" maki Sahnum dengan menggertakkan giginya. Mengingat Erlan membuat Sahnum kembali kesal. Dan setelah menganiyaya dirinya, Erlan pergi entah kemana. "Eh eh ... Btw, enak gak dipangku Kabiru?" tanya Fiya antusias. Sahnum membisu, ingatan beberapa menit lalu melintas di pikirannya. Di mana dia duduk di paha Kabiru sang pemilik wajah datar. Jujur saja jantung Sahnum rasanya bertalu-talu, Sahnum tidak pernah dekat dengan cowok lain terlalu intim. Dan kali pertama dia bersentuhan dengan cowok terlalu intim, hanya dengan Kabiru. "Enak apanya? Aku sangat merinding, bahkan bulu kudukku sampai berdiri tegak," jawab Sahnum. "Yang dingin kayak Kabiru itu lebih mempesona tau," bisik Fiya. "Kalaupun di dunia ini cowok tinggal Kabiru, aku tidak akan mau dengan dirinya. Lebih baik aku jomblo seumur hidup," ucap Sahnum dengan angkuh. Kabiru yang akan ke kantin dan tanpa sengaja mendengar obrolan Sahnum juga Fiya pun memilih menghentikan langkahnya di pintu. Kabiru mendengar segala ocehan Sahnum dan Fiya. "Bagaimana kalau dengan Caesar? Tadi aku melihatnya memberimu cup cake," bisik Fiya. "Hati-hati kalau bicara, jangan sampai ada rumor kalau aku dekat dengan Caesar. Bisa-bisa aku dijadiin perkedel sama cewek-cewek dia," ujar Sahnum. "Apa baiknya menyukai cowok di usia remaja seperti ini? Harusnya kamu mikirin bagaimana caranya menaikkan nilai kamu," ujar seseorang yang melintas di depan Sahnum dan Fiya. Mereka dengan kompak menganga lebar mendengar ucapan Kabiru. "Kabiru ... Mau kemana?" tanya Sahnum menyusul Kabiru yang tengah berjalan. "Ke kantin," jawab Kabiru dingin. "Tadi kamu bicara sama aku dan Fiya? Aku gak mikirin cowok kok, aku pasti mikirin caranya naikin nilaiku," ujar Sahnum yang membuat Kabiru menghentikan langkahnya. Begitupun dengan Sahnum. "Kenapa kamu menjelaskan padaku?" tanya Kabiru dengan sebelah alisnya yang terangkat. "Kan kamu mengira aku deket sama cowok. Aku gak deket kok, aku mau fokus belajar biar bisa nyaingin kamu yang ranking satu terus. Aku akan buktikan kalau aku bisa ranking di atas kamu. Yaitu nol koma nol satu, baru nanti ranking satunya kamu," oceh Sahnum. Kabiru menggelengkan kepalanya mendengar penjelasan Sahnum. Mahluk yang tidak masuk akal menurut Kabiru adalah Sahnum. Kabiru melanjutkan langkahnya, begitu pula Sahnum yang mengikuti Kabiru. Namun, Sahnum berjalan mundur di depan Kabiru sembari menatap wajah pria itu. "Jalan yang benar!" titah Kabiru memperingati Sahnum. "Aku ingin melihat wajah datarmu. Btw kenapa kamu selalu berekspresi datar?" jawab Sahnum sekalian bertanya. "Kenapa tadi kamu menahan pukulan Erlan? Tangan kamu pasti sakit." "Harusnya kamu membiarkan aku dipukul Erlan, kalau aku dipukul aku akan menangis untuk mengerjai dia," oceh Sahnum beetubi-tubi. "Jalan yang benar!" titah Kabiru lagi. Sahnum tetap tidak menanggapi, hingga akhirnya gadis itu tidak sadar ada tangga di belakangnya. Kaki Sahnum kehilangan keseimbangan, gadis itu memekik dengan kaget. "Akhhh!" pekik Sahnum, tangan Kabiru mencekal tangan Sahnum agar gadis itu tidak terjatuh menggelinding di banyaknya anak tangga. Jantung Sahnum berdetak sagat cepat, gadis itu takut kalau dirinya akan jatuh dengan mengenaskan. Sahnum mendongakkan kepalanya melihat Kabiru yang mencekal erat tangannya. Kabiru menahannya agar tidak terjatuh.  Untuk sesaat pandangan mereka saling terkunci. Namun beberapa detik kemudian, Kabiru sadar dengan apa yang dilakukan. Kabiru melepaskan cekalannya pada Sahnum hingga membuat Sahnum jatuh terduduk. Sahnum meringis pelan, gadis itu menatap Kabiru yang berjalan meninggalkannya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN