RASA YANG ANEH

1502 Kata
Elle bingung harus bicara apa. Setiap bagian tubuhnya seperti bergetar. Ia tidak tahu harus berkata apa. Kalau bilang marah, alasanku tidak jelas. Kenapa juga harus marah pada sekretaris tampanku ini? Uuppsss… Tampan? Kenapa aku harus menyebutnya sebagai sekretaris tampan? Sadar Brielle, sadar…. Meski ia memang tampan. Elle mendongak sambil memperhatikan sorot mata tajam milik Cassius Sachiel. Lalu hidungnya yang besar dan mancung. Daya tarik lainnya adalah bibirnya yang melengkung sempurna. Ketampananmu sungguh membuatku berdebar. Tidak pernah aku melihat lelaki sepertimu. Cass membalas tatapannya, “Jadi, kamu marah padaku atau tidak?” Akhirnya Elle memutuskan untuk berbohong, “Aku tidak marah. Mmm…” “Lalu kenapa kamu seperti marah?” Cass menggaruk rambutnya sambil menunduk memperhatikan ekspresi Elle. “Ini hari pertamaku bekerja… Jadi… Aku tidak mau menjadi musuhmu Elle.” Elle menengadahkan kepalanya dan tersenyum. Cass menelan air liurnya memperhatikan senyum cantik Brielle Cirillo. Oh, sebuah senyum ternyata bisa menjadi pemicu jantung. Debar debar aneh ini semakin menggila.. “Kamu bukan musuhku. Satu satunya musuhku adalah Rexton Orville…” Elle tergelak. “Aku tidak membencinya, hanya saja karena dia tidak pernah muncul, ada rasa penasaran yang begitu besar yang berujung.. Mmm.. Membuatku tidak suka.” Glekk.. Cass lagi lagi menelan air liurnya. Itu aku Brielle… Aku… Musuhmu… “Sudahlah… Aku tidak marah padamu. Tapi kalau kamu memang ingin membuat suasana hatimu membaik, bantu aku menemukan musuhku,” Elle tergelak. “Ini misi rahasia Cass.” Senyum di wajah Cass tiba tiba muncul ketika mendengar Elle tertawa. Tapi kemudian ia tersadar. Misi rahasia? Membantu Brielle? “Eh.. Bantu kamu…? Menemukan musuhmu?” Maksudnya?” Cass terkaget kaget. “Iya, bantu aku menemukan Rexton Orville. Aku tidak berniat jahat, hanya ingin membuktikan kalau dia memang sungguh sungguh ada di dunia ini..” Elle memamerkan senyum manisnya yang menggoda. “Euh…” Cass merasakan bagian d**a sebelah kirinya seperti naik turun tidak jelas, saking ada gerakan memompa yang sangat kencang. “Me… Me.. Memang apa rencanamu?” Cass mendadak tak menentu. Elle bergerak maju dengan kepala mendongak ke arah Cass. Hal yang membuat Rexton Orville seperti membeku. Kakinya melekat erat di lantai dan tak bisa ia gerakkan. Hidung mancung milik Elle seperti hampir menyentuh dagunya. Rexton Cassius Orville terhipnotis. Deru nafasnya berhembus semakin kencang. “Bantu aku. Apa kamu bersedia?” Elle bicara dengan lembut. Satu permintaan yang seharusnya ia tolak, tapi Cass tidak mungkin menolak. Nada suara Brielle berhasil membuatnya luluh, belum lagi kedipan matanya yang menggoda. Akhirnya sebuah anggukan muncul. Rexton Orville membuat kesepakatan untuk membantu Brielle Cirillo. Cass seperti kehilangan kuasa saat berhadapan dengan perempuan yang seharusnya menjadi musuhnya itu. Ia merasa dirinya lemah dan tak berdaya. Kenapa Brielle Cirillo seperti menguasaiku? Aku ada dalam genggamannya dan tunduk pada perintahnya begitu saja. Ada apa denganku? >>> Chase Everett tiba di kantornya. Ia duduk di kursi kerjanya sambil mengetuk ngetuk jari jemarinya ke meja. Ekspresinya mengeras. Bibirnya mengatup rapat. Matanya terpejam. Tapi kemudian kembali terbuka. Banyak pikiran yang berlarian dalam benaknya. Asistennya hanya diam berdiri di hadapannya. Ia menunggu bosnya tersebut meledak. “Siapa lelaki tadi?” Chase akhirnya membuka mulutnya. Ada rasa geram yang meluap tak tertahan. “Kita masih menyelidikinya,” ucap asistennya tersebut. Chase tiba tiba menggebrak meja. Ia berdiri dari kursinya dan kemudian menendangnya hingga kursi terjatuh. Braakk.. Suara kursi terjatuh terdengar begitu kencang karena kursi tersebut berukuran besar dan kokoh. “Cari tahu secepatnya. Dia membuatku marah,” ucapnya kesal. “Baik pak,” asisten dari Chase Everett itu keluar dari ruangan. Chase menggertakkan giginya. Ada rasa marah yang membuncah dan tak bisa ia tahan. Baginya Brielle Cirillo adalah sebuah obsesi. Kecantikan dan kemolekannya telah berhasil membuat seorang Chase Everett merasakan ketertarikan yang tidak bisa ia kendalikan. Dalam pikirannya, Brielle Cirillo harus menjadi miliknya. “Cara halus tidak mempan. Berikutnya aku bisa mencoba cara keras,” Chase menarik laci di meja kerjanya. Ada beberapa butir obat terlarang yang tersimpan di dalamnya. Chase menyeringai. >>> Elle terus menerus tersenyum menatap Cass dengan perasaan senang, “Janji? Mau membantuku?” Cass mengangguk dan tersenyum. Ia luluh. “Apa rencanamu?” Cass menatapnya tak berkedip. “Mmm… Sebetulnya sederhana saja,” Elle bicara dengan lembut. “Kamu kan pernah bekerja di Orville Corporations, apa bisa mengunjungi kediaman keluarga Orville dan berpura pura ingin menemui Rexton? “Aku hanya butuh fotonya saja. Bukti kalau dia hidup, baik baik saja dan sehat.” Cass berdehem, “Tapi… Kenapa? Apa yang membuatmu ingin tahu?” “Awalnya, saat mengetahui kabar soal Rexton Orville menggantikan Roscoe Orville, aku merasa heran sendiri karena tidak ada fotonya sama sekali. Akhirnya, lama kelamaan, rasa penasaran itu muncul. Tiba tiba, aku memiliki pemikiran lain. Apa jangan jangan, dia tidak dimunculkan karena kemunculannya mungkin saja bisa menimbulkan gejolak pasar. “Menurutku, ada tiga kemungkinan. Kemungkinan pertama, dia jelek dan buruk rupa sehingga tidak percaya diri untuk muncul di publik. Lalu, kemungkinan kedua, dia sakit, bisa sakit fisik ataupun mental, sehingga para pemegang saham menutupinya. “Yang ketiga, dia… Mmm…” Elle terdiam. “Apa yang ketiga?” Cass penasaran. “Yang ketiga, Emmet sempat bilang kalau… Mmm… Kalau mungkin saja hidupnya terancam saat dia muncul,” gumam Elle. “Awalnya aku tidak memikirkan kemungkinan ini karena kan mudah saja untuk menjaga keamanan, tinggal tingkatkan jumlah sekuriti dan perketat segalanya. “Tapi.. Setelah aku pikirkan lebih jauh, Emmet bisa jadi benar.” Cass hanya diam. “Intinya, aku tidak mau usil. Hanya saja, rasa penasaran mengusikku…” Elle mengerucutkan bibirnya. “Sebagai CEO Orville Corporations, seharusnya dia berani untuk muncul.” “Ehm, hanya karena.. Mmm.. Penasaran?” Cass memastikan. Elle mengangguk, “Aku kok seperti ingin membuktikan dugaanku benar..” “Kamu ingin Rexton Orville terbukti buruk rupa atau sakit?” Cass mengerutkan keningnya. “Iya,” Elle tersenyum. “Sepanjang hidupku, aku tidak pernah salah. Ini seperti pembuktian kalau aku benar…” Cass menggigit bibirnya. “Kamu sanggup tidak untuk membantuku? Hanya datang ke rumahnya, dan berikan aku bukti foto,” Elle kembali memamerkan deretan giginya yang rapi dan putih. Cass sudah mengiyakan dan ia tidak mungkin mundur. “Iya, aku sanggup,” ucap Cass lagi. “Serius?” Elle terlihat antusias. Kedua tangannya tiba tiba saja meremas lengan Cass sambil menatapnya dengan mata bersinar. “Janji ya? Kamu akan mencari cara, apapun itu?” Cass pun mati kutu. Mata yang bersinar itu berhasil membuatnya mengucap janji yang tidak mungkin, “Iya Elle.” Sesaat Cass melupakan kalau permintaan Brielle Cirillo adalah hal yang mustahil. Sangat tidak mungkin baginya membongkar penyamaran sebelum niat dan tujuannya tercapai. Elle tidak akan pernah mendapatkan foto atau bukti lain yang menunjukkan sosok Rexton Orville. Sosok lelaki yang jauh dari kata buruk rupa dan juga sehat walafiat. Lelaki yang sesungguhnya berdiri di hadapannya, meski dengan nama lain, Cassius Sachiel. >>> Malam itu, setibanya di apartemen, Cass langsung menghubungi Deon. Deon : “Ya.” Cass : “Besok. Pagi. Cass Sachiel akan mengunjungi kediaman Keluarga Orville. Kamu akan menerimaku dan mengungkapkan kalau Rexton Orville sedang berada di New York.” Deon : “Rencana apa lagi ini?” Cass : “Sudahlah. Ikuti rencanaku.” Deon : “Aku tidak ada pilihan lain. Ikuti atau ikuti.” Cass tertawa. Deon : “Kebohongan demi kebohongan.” Cass : “Kamu makin ke sini makin sering membuatku jengkel dengan ucapanmu.” Deon : “Aku hanya bicara apa adanya.” Cass : “Sudahlah. Kondisikan semua penjaga keamanan rumah. Jangan sampai ada yang menyebut namaku atau membongkar identitas asliku.” Deon : “Siap. Anggap semuanya beres.” Cass : “Aku tahu aku bisa mengandalkanmu.” Deon : “Tentu saja. Tidak mudah menemukan seseorang sepertiku.” Cass menutup teleponnya. Si Deon lama lama membuatku kesal. Tapi ucapannya benar, tidak mudah menemukan seseorang sepertinya. Dia bisa aku andalkan. Apalagi, tidak mudah bekerjasama denganku. Si Deon memang layak mendapatkan acungan jempol. Drr.. Drrr… Ponselnya berbunyi. Ada pesan masuk. Cass pun memeriksanya. Senyum lebar menghiasi wajahnya karena tahu si pengirim pesan adalah Brielle Cirillo. Otomatis, senyum itu tiba tiba saja muncul. Elle : Jangan lupa rencana besok pagi. Elle : Aku tidak sabar. Cass : Iya Elle. Besok sebelum ke kantor, kita ke sana. Sesuai rencana, kamu akan menunggu di mobil dan aku turun di depan gerbang. Elle : Sampai besok. Cass : Iya. Sampai besok. Pertukaran pesan itu pun berakhir. Cass merenung memikirkan segalanya. Ah, Elle, kamu… Aku… Aku tidak mungkin memunculkan diri. Jadi kamu tidak mungkin juga bisa mendapatkan fotoku. Tiba tiba saja, ia merasa tidak enak hati. Ada perasaan bersalah yang melanda dirinya. “ARRGGH…” Cass tiba tiba berteriak. “Abaikan rasa tidak enak ini. Fokus pada rencanamu,” Cass bicara pada dirinya sendiri. Ia melangkah ke dapur dan mengambil air mineral, lalu menenggaknya hingga habis. Setelahnya, Cass beranjak ke kamar tidurnya sambil melepas jasnya. Ia berbaring di atas kasur tanpa melepas celana, kemeja dan dasinya. Jari jemarinya mengelus elus dasi yang melingkar di lehernya. Lagi lagi, senyum muncul di wajahnya. Ada perasaan bahagia yang menyeruak Pertama kali, ada perempuan yang melingkarkan dasi di leherku. Ternyata ini membuatku senang. Rasa yang aneh…
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN