Elle mengerutkan keningnya.
Cass terdiam. Ia tidak bisa membaca apa yang ada di kepala Elle.
“A… Apa jawabanku salah?” ia bertanya tanya.
Elle tersenyum, tapi kemudian lama kelamaan keluar tawa renyah dari mulutnya. Cass semakin terpesona melihatnya.
“Apa aku lucu? Apa ada yang salah?” Cass menahan senyumnya.
“TIDAK. Kata itu terasa lucu di telingaku,” Elle akhirnya berhenti tertawa.
“Aku… Tidak menyukainya dan tidak pernah ingin menemuinya,” terang Elle. “Tapi… Demi menjaga hubungan baik, Emmet selalu menyarankan untuk tetap menjaga sikap di depannya. Itupun kalau dia tiba tiba muncul di hadapanku.
“Bukan berarti sengaja menemuinya, di luar kantor, apalagi malam hari.”
Cass memamerkan senyum mautnya yang selalu berhasil menarik hati para kaum hawa, “Artinya, keputusanku tidak salah bukan?”
“Ka.. Kamu tidak salah,” Elle mendadak gugup ketika senyum maut itu muncul di wajah Cass.
Cass yang tadinya berdiri di ambang pintu kemudian bergerak mendekat dan duduk di hadapan Elle, “Sorry. Tapi sebagai executive secretary, setidaknya aku harus tahu siapa tamu yang bisa menemuimu dan tidak bukan? Emmet belum menceritakannya.”
Elle mengatupkan bibirnya.
Ia kemudian menutup laptopnya sambil menatap Cass, “Aku bingung.”
“Bingung kenapa?” Cass bertanya perlahan.
“Semua yang berurusan pekerjaan, tentu saja bisa menemuiku. Orang orang yang memiliki level sama. Mmm… Aku pikir kamu mungkin bisa menilainya,” terang Elle.
Cass mengangguk, “Aku paham.
“Tapi… Siapa yang tidak bisa menemuimu?”
Elle menggigit bibirnya. “Aku tidak tahu. Yang pasti aku tidak menyukai Chase Everett dan kalau boleh memilih, aku tidak ingin menemuinya.
“Meski, sekali waktu, dia tiba tiba muncul di sini.”
“Datang ke kantor menenuimu?” Cass memastikan.
“Iya,” Elle tiba tiba bergidik. Kulitnya mendadak merinding.
“Apa yang dia lakukan? Apa kunjungan mendadak tersebut terkait pekerjaan?” tanya Cass geram.
Elle menggeleng.
“Dia hanya bilang ingin menemuiku, lalu berbasa basi. Emmet kemudian mengakhiri pertemuan itu dengan alasan aku ada urusan lain.
“Untungnya, dia mau menerimanya dan akhirnya pergi.”
Cass menarik nafas panjang. Ia semakin tidak suka pada sosok Chase.
“Kalau melihat gelagatnya, urusannya adalah pribadi. Iya tidak?” tanya Cass.
Elle tidak menjawabnya. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan pesan pesan yang dikirimkan Chase Everett pada Cass.
“Dia… Mmm… Bilang menyukaiku,” terang Elle.
Cass hanya diam tapi isi hatinya bergejolak. Ia tidak suka ada lelaki seperti Chase Everett mendekati Elle secara terang terangan. Penyebabnya karena dia tahu mengenai sosok Chase Everett yang bukan lelaki baik baik.
Tapi, lebih jauh lagi, entah kenapa, Cass tidak suka ada lelaki yang mendekati Elle. Mendengar hal tersebut hanya membuat amarahnya membuncah.
Cass kemudian membuka mulutnya sambil mengembalikan ponsel milik Elle, “Membaca ini semua, aku pikir, dia termasuk yang tidak boleh menemuimu.”
Elle memamerkan senyum menggoda, “Aku setuju. Kamu akan mencegahnya mendekatiku? Bisa?”
“Kenapa tidak bisa?” Cass menegaskan. “Aku bukan Emmet. Dia mungkin harus menjaga sikapnya karena Emmet adalah representasimu.
“Tapi aku hanya pengganti. Jadi, aku lebih bebas bersikap dan bertindak.”
Elle tersenyum lebar, “Apa yang akan kamu lakukan?”
“Yang pertama, tentu saja memblokirnya,” Cass kembali bicara dengan tegas. “Dia tidak boleh berada di dekatmu.
“Aku tidak hanya sekretaris tapi bodyguardmu.”
Elle tertawa renyah, “Kamu bodyguard ku?”
Cass menyadari ucapannya, “Ehm.. Ah euh… Emm…”
Seketika, wajahnya merah padam.
Rexton… Mulutmu…
Kamu terlalu banyak bicara.
“Kamu… Mmm… Lucu,” Elle memamerkan senyum lebar yang begitu memesona.
Cass berdehem, “Ehm. A… Aku lucu?”
“Iya,” Elle tersipu malu.
Seketika, Cass merasakan debar debar yang semakin menggelitik dirinya.
Baru, pertama kali sepanjang hidup di dunia dan menjadi manusia dewasa, ada yang menyebutku ‘lucu’.
Beda cerita kalau kata ‘lucu’ ditujukan pada Rexton kecil. Tapi ini dia bicara pada Rexton dewasa.
Kenapa ucapannya membuatku berdesir tidak jelas begini?
Cass langsung berdiri dari kursinya saking gugupnya.
“A… Aku kembali ke ruangan dulu,” ucapnya untuk mengalihkan pembicaraan tersebut.
Elle mengangguk, “Iya.”
Cass melangkah pergi dengan perasaan tak menentu. Ia kemudian duduk di kursi kerjanya dan melamun.
Ada apa denganku? Setiap Elle tertawa, tubuhku bereaksi. Dia bicara sepatah kata dan menghembuskan nafasnya saja membuatku langsung bergetar.
Rexton… Kamu jangan terpengaruh. Semua ini godaan. Bertahanlah…
Ia menggelengkan kepalanya lalu mencoba fokus membaca tumpukan dokumen di atas mejanya. Tapi… Bayangan kaki Elle yang mulus dan jenjang dengan pinggang yang ramping mengganggu benak pikirannya. Lebih jauh dari itu, kedua bukit kembarnya yang menantang telah berhasil menggoda syahwatnya.
Cass mulai berimajinasi kemana mana.
Ia mengingat setiap gerak langkah seorang Brielle Cirillo. Gerak geriknya yang anggun menarik hatinya. Caranya duduk dan bicara begitu seksi di matanya.
“ARRGGHH,” Cass berdiri dari kursinya.
“Apa aku mulai gila? Kenapa bayangan perempuan itu terus melekat dan tidak bisa hilang?” ia bicara pada dirinya sendiri.
Cass meminum air mineral yang ada di hadapannya. Ia menenggaknya hingga habis.
Saat hendak melonggarkan dasinya, Cass tiba tiba berhenti. Ia memperhatikan betapa rapi hasil karya Brielle.
Ia tersenyum sendiri sambil memperhatikan dasi di lehernya.
Tidak akan aku lepas.
Cass mengusap usap dasi tersebut dan kembali duduk di kursi kerjanya. Ia menarik nafas panjang agar bisa lebih tenang.
Rexton, ini hari pertamamu kerja. Jadi kerjalah dengan baik dan raih kepercayaan Brielle Cirillo.
Ia melepas jasnya dan mulai membaca baca dokumen yang ada di meja. Ada dua tumpukan di atasnya. Satu tumpukan yang siap ditandatangani Brielle, dan tumpukan lain untuk direvisi.
Cass kemudian memanggil Evelyn agar masuk ke ruangannya.
“Iya pak,” Evelyn bicara dengan gaya genit.
Cass tidak ambil pusing, ia menyerahkan tumpukan dokumen yang harus direvisi, “Dokumen dokumen ini harus diperbaiki. Saya sudah menuliskan koreksinya.”
Evelyn membuka sekilas map yang paling atas.
Wooww… Bapak satu ini ternyata sama telitinya seperti Bapak Emmet.
“Kamu bisa keluar,” tegas Cass.
“Ba.. Baik pak,” Evelyn pun bergerak keluar.
Cass kemudian melihat jam tangannya.
“Makan siang sebentar lagi,” gumamnya.
Ia berdiri sambil mengenakan jasnya kemudian melangkah menuju ruangan Elle.
Tok, tok, tok…
“Masuk,” terdengar suara Elle meresponnya.
Cass melangkah masuk dan memperhatikan sosok Elle yang sedang berdiri menatap keluar jendela besar sambil memperhatikan jalanan ibukota. Tubuhnya yang ramping dan langsing begitu sempurna menjulang di hadapannya.
“Makan siang?” tanya Cass sambil menghampiri Elle.
“Iya,” Elle mengangguk. Mulutnya terlihat sedang mengemut sesuatu.
Cass lalu memperhatikan kalau di tangan Elle ada sekotak permen. Ia teringat cerita Emmet kalau Elle sering makan coklat atau permen untuk menenangkan dirinya.
Apa kamu sedang gundah memikirkan sesuatu?
“Mau?” Elle menawarkan permen tersebut.
“Tidak. Thanks,” Cass menolak dengan sopan. “Mau pergi sekarang?”
“Iya boleh,” Elle mengambil tas tangan miliknya.
Keduanya berangkat menuju restoran yang telah menjadi tempat makan siang biasanya. Cass yang sudah menerima informasi dari Emmet kemudian memesan makanan yang sudah biasa dipesan Elle.
Elle menanti makanan tiba sambil membuka buka ponselnya. Cass juga hanya berdiam diri karena rasa bingung.
Suasana pun sunyi.
Cass mencoba menyusun kata kata untuk membuka obrolan. Namun tepat saat ia hendak membuka mulutnya, ada suara lain yang mengganggunya.
“Halo Elle,” seorang lelaki menghampiri mereka dan menyapa Elle.
Ekspresi Elle mengeras dan menunjukkan rasa tidak suka.
Cass memperhatikan kalau di hadapan mereka ada Chase Everett. Lelaki yang begitu gencar mendekati Brielle Cirillo.
“Apa aku bisa bergabung?” Chase menarik kursi yang ada di samping Elle.
Tapi Cass dengan sigap berdiri. Tubuhnya menghalangi pandangan Chase agar tidak bisa menatap atasannya itu.
“Tidak,” jawab Cass tegas. “Kamu tidak bisa bergabung.”
Chase mengerutkan keningnya, “Kamu bukan si Shaw…
“Kemana dia? Kamu siapa?”
“Bukan urusanmu,” Cass menatapnya tajam. “Brielle mau makan siang dan dia tidak ingin diganggu.”
Chase menyeringai dan menatap Cass dengan tidak suka.
“Elle, apa aku tidak boleh bergabung?” tanya Chase lagi.
“Apa kamu tidak mendengar kata kataku?” Cass kembali menegaskan.
“Aku ingin mendengar dari Elle langsung,” ucap Chase sambil menatap Cass dengan tajam. Ada rasa kesal yang menggunung dan membuatnya tidak suka pada lelaki di hadapannya.
Elle akhirnya berdiri. Ia berlindung di balik tubuh Cass, Tangannya secara perlahan meremas lengan Cass.
“Seperti yang kamu dengar, aku tidak ingin diganggu,” jawab Elle singkat.
Cass dengan cepat menggeser tubuhnya agar Elle terlindungi sepenuhnya. Tubuhnya yang tinggi besar bisa menutupi sosok Elle sehingga tidak terlihat oleh Chase Everett.
“Kenapa?” Chase tidak menyerah begitu saja.
“Elle tidak perlu menjelaskan,” Cass menjawabnya.
Chase tiba tiba saja menunjukkan amarahnya. Ia melotot ke arah Cass.
Elle yang memperhatikan hal tersebut langsung merasa takut. Ia semakin erat meremas lengan sekretarisnya.
Tiba tiba saja, Cass menggerakkan jari jemarinya dan menggenggam tangan Elle.
Elle membelalak kaget, tapi ia hanya diam sambil menahan senyumnya. Ia membiarkan jari jemarinya tertaut dengan jari jemari sekretarisnya itu.
Cass kemudian menatap Chase dengan tajam, “Tidak hanya Elle. Aku juga tidak ingin diganggu. Jadi kamu bisa pergi.”
Chase ingin melawan tapi keningnya berkerut penuh tanya ketika memperhatikan keduanya yang saling berpegangan tangan.