Tembok Tak Terlihat.

1348 Kata

Keesokan paginya, Nayla berangkat ke kampus lebih awal dari biasanya. Entah kenapa, pesan itu terus terngiang di kepalanya. Ia tak membalasnya, tapi juga tak menghapusnya. Di depan ruang jurusan, ia melihat Adrian sedang berdiri sambil berbicara dengan dosen lain. Begitu matanya menangkap sosok Nayla, Adrian hanya mengangguk pelan—bukan sebagai dosen, tapi... sebagai seseorang yang menyimpan sesuatu. Nayla mengangguk kembali, gugup. Rani yang baru datang melihat adegan itu dan langsung membisikkan, “Ada yang mulai nyambung lagi sinyalnya.” Nayla hanya memukul pelan lengan Rani dan melangkah masuk ke kelas. Tapi jantungnya berdetak terlalu cepat untuk ukuran pagi hari. Di kelas, Adrian seperti biasa membuka presentasi dengan datar dan teratur. Presentasi kelas di mata kuliah “Psikologi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN